Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Memahami Posisi "Center-Left" Joe Biden

Kompas.com - 27/06/2022, 17:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Semangat tersebut sangat bisa dipahami mengingat Biden, sedari belia, sudah bertarung melawan orang-orang yang berwatak seperti Donald Trump.

Baca juga: Jokowi Makan Malam dengan Joe Biden, Tegaskan Kemitraan ASEAN-AS

Saat kecil gagap

Jika kembali ke masa kecil, Biden mengalami gejala sulit bicara. Karena itu, sejak masuk sekolah Katolik di Delaware, Biden sudah mengalami perundungan demi perudungan, baik oleh para guru maupun para senior. Jadi tak diragukan, Biden sebenarnya sudah cukup terbiasa dengan pesaing sekeras Trump.

Biden sudah menghadapi tekanan sedari belia. Di akhir tahun 1940-an, Biden yang gagap diminta gurunya untuk mengulang kalimat yang dibacakannya. Karena punya gejala susah bicara alias gagap, sang anak gagal mengulangnya secara mulus.

Ia gagap mengulang beberapa kata dalam kalimat yang diminta. Walhasil, biarawati yang sekaligus gurunya, entah reflek atau sengaja, justru meledek si anak dengan mengatakan, "Mr B..B..B..B.. B.. Biden!!."

Tanpa banyak komentar, anak itu langsung "walk out" dari kelas, pulang ke rumahnya. Tak lama setelah itu, ibunya datang ke sekolahan, menemui sang guru.

"Did you make fun with my son?" tanya ibunya dengan wajah marah. Ia tak mendapatkan jawaban, lalu mengulang lagi pertanyaan yang sama beberapa kali, dengan nada yang lebih tinggi. Akhirnya ibunya marah dan mengancam sang guru.

Situasi seperti itulah yang harus dilawan Biden kecil. Dibesarkan di dalam keluarga yang sedang berantakan secara ekonomi, Biden memang harus bernegosiasi dengan banyak hal untuk tetap bisa bertahan dan menapaki tangga naik. Biden melawan kerasnya pandangan sebelah mata lingkungannya dengan perjuangan yang sangat keras, berjuang untuk memperbaiki diri terus-menerus dan berjuang untuk menjadikan semua tekanan dari luar sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan ditinggalkan.

Bertarung jadi senator

 

Sampai akhirnya, untuk melawan lingkungan yang kian keras tersebut, Biden terjun ke dunia politik, masuk ke kontestasi senator AS, setelah berhasil duduk di parlemen lokal. Tak tanggung-tanggung, di umur yang sangat muda, 29 tahun, Biden menantang sang petahana yang juga kawan dekat Presiden Nixon kala itu, Caleb Boggs, dua kali jadi gubernur dan dua kali jadi senator.

Bisa dibayangkan, ibarat David vs Golliath. Bermodalkan kekaguman kepada Kennedy dan kedekatannya dengan komunitas kulit hitam, Biden bertemu dengan momen yang pas, yakni momen perjuangan hak-hak sipil di AS tahun 1970-an. Tanpa latar belakang keluarga politisi dan latar belakang nama besar, Biden bergerak dari satu komunitas ke komunitas lainya di Delaware, terutama komunitas kulit hitam.

Ia menyalami dan memeluk semua orang yang ditemuinya. Selain kekuatan empati, jabat tangan dan pelukan bahkan kemudian menjadi senjata andalannya dalam meraih banyak simpati.

Di tengah jalan, Biden pernah dihadang kasus plagiarisme, satu kali dalam pidato lisannya, yang dicaplok dari ceramah Niel Pinnok. Tapi berbeda dengan Donald Trump, reaksi Biden lebih lembut dan politis. Biden meminta maaf kepada publik dengan mengatakan bahwa ia "tidak mengetahui" bahwa itu adalah plagiarisme.

Dia lalu melanjutkan perjuangannya. Inilah salah satu karakter yang menggambaran motto Joe Biden saat maju menantang Donald Trump, "Build Back Better." Jika ada kesalahan di masa lalu, mari lupakan lalu diperbaiki. Begitu kira-kira intinya.

Walhasil, Caleb Boggs harus mengakui kegigihan Joe Biden. Caleb kalah tipis dan Biden melenggang ke Senat. Namun naas, istri dan anaknya tertimpa musibah sebelum ia disumpah sebagai anggota Senat. Neila Biden bersama anak-anaknya mengalami kecelakaan lalu lintas. Mereka menabrak truk, yang menewaskan Neila (sang istri) dan Naomi Biden (sang anak perempuan). Anak-anak yang lain, yaitu Beau dan Hunter Biden  luka-luka.

Biden harus kembali deal dengan situasi. Ia menjadi senator dan ayah tunggal sebelum akhirnya bertemu Jill Biden, istri keduanya, sampai hari ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com