Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Memahami Posisi "Center-Left" Joe Biden

Kompas.com - 27/06/2022, 17:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SECARA ideologis, Presiden Amerika Serikat (AS) Joseph R Biden berdiri pada posisi kompromistis di dalam Partai Demokrat. Para analis dan pakar meneyebutnya center-left, sebagai penengah antara far left dan liberal democrat.

Di posisi far left salah satunya ada Bernie Sander, yang sering disebut dengan istilah kubu "Bernie Socialist Democrat". Dan di sisi berseberangan adalah pengikut Bill Clinton, sering disebut sebagai "Clintonian Liberal Wing".

Nah, Joe Biden berada di tengah. Posisi semacam ini adalah posisi ideologis kompromistis yang hidup di Eropa pasca-perang dunia kedua. Orang dalam posisi itu enggan mendekat ke fasisme dan malas menjadi bagian dari gerakan revolusioner komunis gaya Soviet.

Baca juga: Di Tokyo, Joe Biden Berkata Siap Bela Taiwan jika Diserang China

Di Eropa, sebutannya adalah "Christian Democrat". Untuk menyebut beberapa contoh di Eropa, ada Konrad Adenauer, Alcide De Gasperi, dan Robert Schuman. Hari ini yang mendekati adalah Angela Merkel di Jerman dan Ursula Von der Leyen di European Union’s Parliament and Commission.

Ada juga mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair dengan gaya " Third Way"-nya yang memberikan penekanan penting pada institusi keluarga. Jadi tidak terlalu mengherankan jika di DNC (Democrat National Commitee) sebelum Pilpres AS tahun 2020, kata-kata family cukup banyak muncul dari mulut para tokoh Partai Demokrat yang memberi testimoni.

Selain Jill Biden (istri Joe Biden), Kamala Harris (kini wakil Biden) juga banyak menggunakan kata family sebagai titik berangkat atau basis dari rencana kebijakan Joe Biden ke depan. Biasanya yang di "tengah" memang agak kurang menarik perhatian, kurang atraktif di panggung, kurang berapi-api, karena terbilang suka cari aman. Kurang "gila" untuk sebuah tontonan.

Joe Biden memang bukan ahli pidato seperti Barack Obama. Biden konon cocok untuk wakil. Karena itu Biden terbilang berhasil menjadi wakil Obama selama delapan tahun.

Seperti mendengar profesor di depan kelas, begitulah Joe Biden. Tampaknya, karena itu pula disebut "sleepy Joe" oleh Donald Trump. Biden memang seorang doktor, sama seperti istri keduanya Jill Biden yang doktor pendidikan. Istri pertama dan anak perempuan Biden meninggal karena kecelakaan di masa awal Biden jadi senator.

Jadi sudah bisa ditebak, kalau Joe Biden jadi presiden, AS seperti kembali ke era Obama. Stabilitas tatanan liberal internasional, NATO, climate change, social and health security, kelonggaran kebijakan imigrasi, pajak yang tinggi adalah penampakannya. Intinya, big government.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kanan) dan Wakil Presiden Kamala Harris (kiri) berjabat tangan dalam peringatan ke-10 Martin Luther King Jr Memorial di dekat Tidal Basin, National Mall, Washington DC, 21 Oktober 2021.GETTY IMAGES NORTH AMERICA/CHIP SOMODEVILLA via AFP Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kanan) dan Wakil Presiden Kamala Harris (kiri) berjabat tangan dalam peringatan ke-10 Martin Luther King Jr Memorial di dekat Tidal Basin, National Mall, Washington DC, 21 Oktober 2021.
Pilih Kamala Harris

Secara ilmiah dan intelektual, tentu menarik dan terlihat bersinar. Tetapi saat berada di atas panggung, Biden terasa membosankan. Karena itu, Biden butuh spirit dari Kamala Harris, yang dinilai akan mampu melawan keangresifan Donald Trump di Pilres Amerika dua tahun lalu. Trump saat itu langsung melabeli Kamala dengan istilah "nasty Kamala".

Mengapa Biden pilih Harris? Karena Harris rencanannya disiapkan untuk maju sebagai calon presiden Partai Demokrat di tahun 2024. Biden sudah berjanji hanya untuk satu periode jadi presiden kalau terpilih. Dalam istilah Biden, ia akan menjadi generational bridge di dalam Partai Demokrat. Harris merupakan kandidat penerusnya.

Tetapi setelah terpilih, justru Biden masih berselera untuk maju lagi di 2024. Ya, begitulah politisi. Di mana-mana sama. Harris adalah senator yang terbilang masih muda plus beringas, mantan pengacara, mantan attorney general wilayah California, sahabat anak sulung Biden.

Harris adalah sosok Obama dalam kelamin perempuan. Ia dianggap cocok untuk mengimbangi Biden yang cenderung bermain aman dan sebenarnya cocok pula untuk menggantikan posisi Biden di tahun 2024.

Jadi, dengan posisinya yang sebenarnya cocok untuk jadi "pelembut" seorang presiden, seperti Mike Pence terhadap Trump, Biden hampir pasti kelabakan jika berhadapan "adu kambing" dengan Trump di panggung debat calon presiden.

Dan terbukti, di debat presiden pertama dua tahun lalu, Trump menghujani Biden dengan interupsi. Trump bahkan ikut bersitegang dengan moderator, Criss Wallace. Namun Biden adalah sosok yang gigih dan pantang menyerah. Biden berjuang mengimbangi keagresifan Donald Trump di kedua debat calon presiden.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com