SACRAMENTO, KOMPAS.com - Seorang warga di negara bagian California, Amerika Serikat, mendapat bantuan dari Meksiko untuk mengakhiri kehamilan setelah Mahkamah Agung AS melarang aborsi.
Ibu tunggal beranak tiga keturunan Meksiko yang tidak disebutkan namanya itu percaya, mengakhiri kehamilan sekarang akan semakin sulit meskipun negara-negara bagian Westcoast yang liberal seperti California, Oregon, dan Washington sama-sama bersumpah untuk membela hak aborsi.
"Kita seharusnya berada di negara bebas, di negara bagian yang Anda bisa merokok ganja, tetapi aborsi masih agak tabu," kata perempuan berusia 31 tahun itu dikutip dari AFP, sesaat sebelum Mahkamah Agung AS mengakhiri hak nasional untuk aborsi.
Baca juga: Mahkamah Agung AS Larang Aborsi, 50 Negara Bagian Langsung Ikuti Perintah
Mahkamah Agung AS pada Jumat (24/6/2022) mencabut hak aborsi secara nasional dan memberi semua 50 negara bagian kebebasan melarang prosedur tersebut. Hampir separuh negara bagian diperkirakan akan melakukannya dalam beberapa bentuk.
Bahkan sebelum putusan aborsi dilarang di Amerika, mengakses aborsi yang aman di "Negeri Paman Sam" sudah rumit jika tidak punya uang," kata ibu tadi yang bekerja di sebuah restoran di San Diego.
Dia awalnya mengunjungi dua klinik di Amerika, tetapi di kedua tempat itu biaya aborsi hampir 1.000 dollar AS (Rp 14,84 juta) yang tidak mampu dia bayar.
Kemudian di salah satu klinik tersebut yang memiliki hubungan keagamaan, dia tidak dianjurkan untuk melakukan aborsi.
"Mereka bilang kepada saya ada pilihan lain, saya bisa menyerahkannya untuk diadopsi. Tapi saya sudah bertekad, putus asa," katanya kepada AFP melalui telepon, seraya menjelaskan bahwa dia hamil karena gagalnya alat kontrasepsi.
Colectiva Bloodys memberikan bantuan gratis kepada para wanita di Amerika Serikat yang tidak dapat mengakses aborsi.
Baca juga:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.