"Kalau misalnya Eropa, enggak mungkin didengar Rusia sebab berafiliasi dengan NATO. AS apalagi."
Akan tetapi, Hamid menyarankan Presiden Jokowi agar tidak menggunakan pendekatan politik dalam berdiplomasi nanti.
Sebab akan menimbulkan lebih banyak potensi reaksi negatif bagi kedua negara yang tengah berkonflik.
Baca juga: Saat Siswa Sekolah di Australia Nyanyikan “Selamat Ulang Tahun” untuk Presiden Jokowi…
Cara yang bisa dipakai adalah dengan pendekatan ekonomi.
"Karena ekonomi itu netral, kebutuhan semua orang."
"Misalnya ke Ukraina, kalau perang terus berlanjut Indonesia enggak bisa beli gandum, lalu pendapatan Anda dari mana? Ke Rusia, kalau perang lalu bagaimana kelanjutan kerja sama Sukhoi? Jadi hitung-hitungan ekonomi," ungkap Hamid.
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, sebelumnya memastikan rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina pada 26-28 Juni 2022.
Misi lawatan Jokowi ke dua negara Eropa timur yang sedang berselisih itu adalah untuk mendorong semangat perdamaian.
Sebagai presidensi G20 dan anggota Champion Group Crisis Response yang dibentuk Sekjen PBB, Jokowi memilih untuk berkontribusi dalam masalah geopolitik ini, kata Retno Marsudi.
Baca juga: Reshuffle Kabinet Jokowi dalam Kacamata Media Asing, Soroti Penggantian Mendag
Dia juga mengatakan, kunjungan presiden menunjukkan kepedulian terhadap isu kemanusiaan. Presiden juga akan mencoba memberikan kontribusi menangani isu pangan.
"(Masalah itu) diakibatkan karena perang, dampak dirasakan semua negara terutama negara berkembang dan penghasilan rendah. Dan (presiden akan) terus mendorong spirit perdamaian," kata Retno dalam jumpa pers virtual Kementerian Luar Negeri Rabu (22/6/2022).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.