Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Seoul Terus Menurun, Kenapa Warga Korea Selatan Enggan Tinggal di Ibu Kota dan Apa Dampaknya?

Kompas.com - 21/06/2022, 21:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

SEOUL, KOMPAS.com - Populasi Seoul terus menurun menurut laporan data pemerintah Korea Utara, faktor lonjakan harga properti dan daya pikat lingkungan asri di kota kecil bagi keluarga dengan anak-anak antara lain disebut sebagai penyebabnya.

Data statistik terbaru yang dirilis pemerintah Korea Selatan, Senin (13/6/2022), menunjukkan 9,49 juta penduduk hidup di kawasan metropolitan Seoul pada 2022, turun dari sekitar 10,97 juta menurut sensus penduduk 1992.

Baca juga: Kebakaran di Firma Hukum Korea Selatan Diduga Serangan Disengaja, 7 Tewas, Puluhan Terluka

Anjloknya jumlah penduduk ibu kota itu sudah melampaui batas 10 juta penduduk yang terdata pada 2016 silam.

Dilansir dari DW pada Jumat (17/6/2022), laporan Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan mencatat jumlah penduduk di Seoul diprediksi berkisar hanya 7,2 juta orang pada 2050.

Fenomena penurunan populasi ibu kota ini tidak hanya menguras tenaga kerja handal di Seoul, tetapi juga dikhawatirkan bisa mempengaruhi pamor ibu kota Korea Selatan yang berusaha memikat tenaga kerja berkualitas dari Hong Kong dan China.

Kenapa populasi Seoul terus menurun, padahal sejak lama ibu kota Korea Selatan ini berambisi menyaingi Tokyo atau Singapura sebagai pusat bisnis teknologi dan keuangan di Asia?

Baca juga: Korea Selatan: Korea Utara Tembakkan 3 Rudal Balistik ke Arah Laut Jepang

Tersulut panasnya pasar properti

Kim Hyun-jung termasuk yang mengikuti gelombang eksodus warga Seoul ke luar kota.

Melalui kepindahannya itu, dia menukar kepadatan di ibu kota dengan lahan hijau terbuka di Provinsi Gangwon, sekitar 2,5 jam berkendara dari Seoul.

"Alasan utama kenapa orang pindah adalah harga rumah,” katanya kepada DW.

"Harga kini meningkat cepat dan tidak lagi bisa dijangkau banyak orang di Seoul,” imbuhnya.

Pada Mei 2017, harga rata-rata rumah keluarga di wilayah metropolitan Seoul masih berkisar 341 juta won atau Rp3,7 miliar.

Memasuki Maret 2022 lalu, angkanya melejit menjadi rata-rata Rp7,1 miliar.

Lonjakan harga properti ikut berimbas pada pasar sewa properti. Pasalnya, menurut sistem penyewaan rumah di Korea Selatan yang disebut "jeonse,” penyewa tidak bisa membayar sewa bulanan, melainkan membayar uang jaminan senilai hingga 80 persen dari nilai harga rumah.

Di dalam sistem ini, pemilik properti memetik keuntungan bulanan dari bunga deposito bank, sampai uangnya dikembalikan setelah berakhirnya masa sewa.

Baca juga: Tanggapi Kemajuan Senjata Ofensif Korea Utara, AS - Korea Selatan Buat Kesepakatan Baru

Tren urban dan kota satelit

Dan Pinkston, seorang guru besar di Universitas Troy, Seoul, mengakui adanya tren kepindahan penduduk dari Seoul. Menurutnya fenomena ini turut digerakkan oleh derasnya pembangunan oleh pemerintah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com