DUBLIN, KOMPAS.com - Warga Jerman diberitahu untuk menggunakan lebih sedikit energi setelah Rusia memotong pasokan gas melalui pipa utama Nord Stream sebesar 60 persen karena 'masalah teknis' menurut laporan Daily Mail pada Jumat (17/6/2022)
Gazprom milik negara mengumumkan pada Selasa (14/6/2022) bahwa mereka memotong aliran gas melalui pipa bawah laut Nord Stream 1 ke Jerman sebesar 40 persen.
Tapi sehari kemudian, perusahaan energi e itu mengumumkan pemotongan lebih lanjut yang membuat pengurangan keseluruhan gas Rusia ke Jerman menjadi sekitar 60 persen.
Perusahaan dalam kedua kasus itu mengutip masalah teknis.
Gazprom mengeklaim bahwa sanksi atas serangan Rusia ke Ukraina dari Kanada yang mencegah mitra Jerman Siemens Energy mengirimkan peralatan yang telah dikirim untuk perbaikan.
Pemerintah Jerman menolak alasan itu, mengatakan bahwa pemeliharaan seharusnya tidak menjadi masalah sampai musim gugur dan keputusan Rusia adalah langkah politik untuk menabur ketidakpastian dan menaikkan harga.
Presiden Rusia Vladimir Putin “melakukan apa yang ditakuti sejak awal: Dia mengurangi volume gas, tidak dalam sekali jalan tetapi selangkah demi selangkah,” kata Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck dalam sebuah video yang diunggah oleh kementeriannya di Twitter pada Rabu malam (15/6/2022).
Dia merujuk pada langkah Rusia sebelumnya untuk memotong pasokan ke Bulgaria, Denmark dan negara Eropa lainnya.
Baca juga: Berusaha Lepas Ketergantungan dari Rusia, Uni Eropa Teken Kesepakatan Gas dengan Israel dan Mesir
Pengurangan aliran gas Rusia ini terjadi ketika Jerman dan seluruh Eropa mencoba mengurangi ketergantungan mereka pada impor energi Rusia.
Jerman, yang memiliki ekonomi terbesar di Eropa, mendapatkan sekitar 35 persen gasnya untuk industri listrik dan menghasilkan listrik dari Rusia.
Berita pengurangan pasokan gas Rusia membuat harga gas alam jangka pendek melambung di Eropa. Harga spot bulan depan naik 13 persen pada Kamis (16/6/2022) menjadi 139,10 euro (Rp 2 jutaan) per kilowatt hour, naik 40 persen sejak Senin (13/6/2022).
Habeck, yang juga menteri ekonomi, sudah meluncurkan kampanye bagi masyarakat untuk menghemat energi pekan lalu.
Setelah pengumuman Gazprom, dia menyampaikan pesan dalam video Rabu (15/6/2022) malam.
“Gas akan datang ke Eropa - kami tidak memiliki masalah pasokan, tetapi volume gas harus diperoleh di pasar dan itu akan menjadi lebih mahal,” kata Habeck.
Dia mengatakan pemerintah siap, dan mencatat bahwa mereka telah memberlakukan undang-undang yang mengharuskan penyimpanan gas diisi.
Baca juga: Rusia Pangkas Kiriman Gas ke Eropa, Klaim Sanksi Kanada Hambat Perbaikan Alat