Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Mengenal "Manhattan Project" yang Memorakmorandakan Hiroshima dan Nagasaki

Kompas.com - 17/06/2022, 09:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kontroversi moral

Sampai hari ini, kontroversi moral soal urgensi bom atom AS atas Jepang masih terus berlanjut. Bagi pendukung Truman, bom atom dibutuhkan untuk menghentikan perang yang akan menyelamatkan ratusan ribu nyawa tentara AS. Karena peperangan di Pasifik memang telah menelan ratusan ribu nyawa.

Secara politik, AS tak ingin berbagi Jepang dengan Uni Soviet. Dengan kata lain, permintaan Truman kepada Stalin nyatanya hanya basa-basi. Permintaan tersebut pernah diutarakan oleh Roosevelt kepada Stalin di pertemuan Malta sebagai pengalihan isu agar Stalin tidak merangsek ke China setelah Jerman kalah.

Jika saja AS tak menjatuhkan bom atom, maka perang akan terus berlanjut dan Uni Soviet yang akhirnya menyatakan perang terhadap Jepang akan ikut masuk ke Kepulauan Jepang. Artinya, Jepang akan seperti Jerman dan Korea, terbelah dua (Korea terbelah dua karena pasukan merah berhasil merangsek sampai Korea sebelum bom atom dijatuhkan). Sementara, AS menginginkan hak penuh untuk merekonstruksi ekonomi dan membangun institusi demokrasi di Jepang.

Di sisi lain, yang menentang dan mempersoalkannya, menyatakan bahwa Jerman telah kalah, bom atom tak dibutuhkan lagi. Toh Jepang telah menyatakan diri menyerah bersyarat. Hanya dibutuhkan diplomasi dan sejenisnya. Bahkan setelah Jerman kalah, sekitar seratus ilmuwan yang terlibat dalam Proyek Manhattan menandatangani surat yang dikirim ke Truman, yang berisi permintaan untuk tidak menjatuhkan bom atom di Jepang.

Namun Truman bergeming. Karena pada awalnya, Truman hanya fokus pada misi untuk membuat Jepang menyerah tanpa syarat, dan memerintahkan misi bom atom ke lokasi strategis yang kurang berisiko terhadap penduduk setempat. Tapi apa lacur, kenyataannya kemudian tak demikian.

Bom pertama dibawa dan dijatuhkan Paul Tibbet di Hirosima tanggal 6 Agustus 1945. Kota tersebut luluh lantak dengan lebih dari seratus ribu penduduk meninggal, hilang, dan terkontaminasi. Jepang masih belum menyatakan diri menyerah tanpa syarat. Di media-media Tokyo kala itu, diberitakan bahwa AS telah menyerang Hiroshima dengan bom jenis baru, tanpa menyebutkan spesifikasinya.

Karena tak ada pernyataan menyerah, tanggal 9 Agustus, Charless Sweeny meluncur ke Kota Kekura. Namun cuaca sangat tidak bersahabat, berkabut, sehingga sasaran tak terlihat.

Sweeney pun beralih ke opsi kedua, Nagasaki. Kota ini pun luluh lantak dengan korban yang sangat besar, sedikit di bawah jumlah korban Hiroshima.

Pada 14 Agustus, meskipun ditentang banyak jenderalnya, Hirohito menyatakan penyerahan Jepang tanpa syarat, 3 hari sebelum Soekarno-Hatta mendeklarasikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tak ada pernyataan menyesal secara resmi dari Truman soal bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Bahkan ketika bertemu dengan Oppenheimer setelah itu, saat sang ilmuwan menyatakan dirinya sangat menyesal. "Blood in my hands," kata Oppenheimer. Namun Truman membalas dengan tegas bahwa semua itu ada di bawah tanggung jawabnya. Openheimer tak perlu merasa risih.

Meski demikian, dari kebijakan Truman selanjutnya, terlihat bahwa dia tak sembarangan lagi dalam menggunakan bom atom. Saat perang Korea pecah, 1951-1953, Douglas McArthur mengancam akan menjatuhkan bom atom di Pyongyang. Namun Truman menentang, lalu beberapa waktu setelah itu, Truman justru menarik McArthur dari perang Korea sebelum perang usai.

Baca juga: 4 Penemu yang Menyesali Temuannya, dari AK-47 sampai Bom Atom

Di perang Korea, bom atom sudah masuk kategori “nuclear taboo” bagi Truman. Sementara, sang ilmuwan genius, Oppenheimer, berkeliling dunia untuk memberi ceramah di panggung-panggung ilmiah, terkait bahayanya bom atom. Ceramah yang sangat kontras, yang mengutuk kreasi penceramahnya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com