Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Ferdinand Marcos Hilangkan Noda Korupsi Keluarga dan Jadi Presiden Filipina

Kompas.com - 06/06/2022, 18:35 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

MANILA, KOMPAS.com - Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr dipastikan akan menjadi presiden Filipina berikutnya, 36 tahun setelah ayahnya digulingkan dari kekuasaan dan kemudian mengasingkan diri ke Amerika.

Bongbong Marcos yang menggandeng Sara Duterte sebagai wakil presiden sejauh ini sudah unggul telak dalam pemungutan suara yang resminya akan diumumkan di akhir Mei.

Kombinasi Bongbong dan Sara yang merupakan putri presiden Filipina saat Rodrigo Duterte memang sudah difavoritkan untuk menang dan ini berkat kepopuleran keluarga Marcos di kawasan utara negeri itu dan kekuatan keluarga Duterte di bagian Selatan.

Baca juga: Diapit Keluarga, Ferdinand Marcos Jr Resmi Proklamirkan Diri sebagai Presiden Filipina

Ferdinand Marcos Jr berkampanye dengan pasangannya sebagai wakil presiden Sara Duterte, putri presiden saat ini Rodrigo Duterte.AP/AARON FAVILA via ABC INDONESIA Ferdinand Marcos Jr berkampanye dengan pasangannya sebagai wakil presiden Sara Duterte, putri presiden saat ini Rodrigo Duterte.
Saingan mereka dalam pemilu kali ini adalah Wakil Presiden saat ini Leni Robredo yang dalam pemungutan suara saat ini berada di tempat kedua, dan mantan petinju Manny Pacquiao berada di tempat ketiga.

Selama kampanye, yang lebih banyak dijual adalah nama keluarga dan bukan kebijakan, dan para pengamat mengatakan melihat sejarah keluarga Marcos selama ini dengan Amerika Serikat mungkin akan membuat Bongbong lebih berpaling ke China.

Bagaimana Bongbong melepaskan noda korupsi dari namanya

Bongbong adalah satu-satunya putra Ferdinand Marcos Senior.AP/JESS TAN JR via ABC INDONESIA Bongbong adalah satu-satunya putra Ferdinand Marcos Senior.
"Bongbong" adalah anak kedua dan anak laki satu-satunya dari keluarga Ferdinand Sr dan Imelda Marcos dan berusia delapan tahun ketika ayahnya pertama kali mencalonkan diri jadi presiden di tahun 1965.

Setelah menjalani pendidikan di sekolah elite di Inggris, Bongbong menduduki jabatan politik pertama kali di usia 23 tahun dengan menjadi wakil gubernur di provinsi Ilocos Norte, beberapa tahun setelah ayahnya berkuasa.

Dalam waktu bersamaan, dia juga belajar di Sekolah Bisnis terkenal di Amerika Serikat Wharton di Pennsylvania namun tidak berhasil menyelesaikan pendidikannya di sana.

Masing-masing anak keluarga Marcos diberi rumah mewah di Manila dan juga vila untuk liburan musim panas.

Ketika korupsi keluarga Marcos terbongkar dan keluarganya harus menjalani pengasingan ketika ayahnya digulingkan di tahun 1986, mereka berhasil menjarah kekayaan negara senilai miliaran dollar.

Baca juga:

Ketika kembali ke Filipina setelah ayahnya meninggal dalam pengasingan di Hawaii, Bongbong segera kembali terjun ke dunia politik.

Ferdinand Bongbong Marcos Jr melarikan diri dari Filipina di usia 29 tahun mengasingkan diri bersama keluarganya. Sekarang dia akan menjadi presiden Filipina berikutnya.AP/BULLIT MARQUEZ via ABC INDONESIA Ferdinand Bongbong Marcos Jr melarikan diri dari Filipina di usia 29 tahun mengasingkan diri bersama keluarganya. Sekarang dia akan menjadi presiden Filipina berikutnya.
Dan sekarang setelah bertahun-tahun kemudian, tampaknya banyak warga Filipina sudah melupakan apa yang pernah dilakukan keluarga Marcos sebelumnya terkait korupsi.

"Banyak pendukung Bongbong Marcos tahu dan mengakui bahwa Bongbong Marcos dan keluarganya telah menjarah aset pemerintah Filipina namun mereka tetap mendukungnya," kata pengamat politik Robin Garcia.

Dr Garcia mengatakan Bongbong tidak saja mendapat banyak dukungan dari warga miskin di negeri itu, namun juga dari kalangan kelas menengah dan yang lebih makmur.

"Jadi itu berarti kriteria yang mereka gunakan untuk memilih, perampokan atau korupsi bukanlah faktor besar," katanya.

Kampanye tim Marcos-Duterte menitikberatkan pesan-pesan di media sosial yang banyak diakses oleh anak-anak muda.ABC NEWS/MITCH WOOLNOUGH via ABC INDONESIA Kampanye tim Marcos-Duterte menitikberatkan pesan-pesan di media sosial yang banyak diakses oleh anak-anak muda.
Salah seorang pendukung yang hadir di kampanye sebelum pemungutan suara di Manila mengatakan kepada ABC bahwa dia tidak mengkhawatirkan masalah korupsi karena Filipina sudah mengubah konstitusi sejak era kekuasaan Ferdinand Marcos Senior.

"Sekarang sudah ada perangkat hukum untuk mencegahnya," katanya.

Namun, banyak juga yang lain yang secara tegas menolak kenyataan bahwa keluarga Marcos melakukan korupsi besar-besaran di masa lalu.

"Selama masa Marcos, semua damai, semua berjalan baik, semua bersatu," kata Micko Eldave yang baru berusia 19 tahun, yang menjadi pemilih untuk pertama kalinya dan juga menjadi relawan guna mendukung kampanye Marcos.

Dia mengatakan mendapatkan keterangan masa lalu dari warga Filipina yang lebih tua yang pernah hidup di bawah kekuasaan Marcos Senior.

"Terlalu banyak propaganda dan kabar bohong bahwa Marcos mencuri uang dari rakyat, namun ini tidak masuk akal."

Micko Eldave yang baru pertama kali memilih di pemilu menjadi relawan bagi tim Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr.ABC NEWS/MITCH WOOLNOUGH via ABC INDONESIA Micko Eldave yang baru pertama kali memilih di pemilu menjadi relawan bagi tim Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr.
Dalam kampanyenya, Bongbong menjual soal stabilitas dan pembangunan infrastruktur, dan menggunakan media sosial untuk menyebarkan pendapat mereka dan berusaha menghindar dari pertanyaan kritis dari para wartawan.

Namun masih banyak juga yang tidak mendukung kemenangan Bongbong Maros dan Sara Duterte.

Baca juga: Anak Diktator Ferdinand Marcos Jadi Presiden Filipina, Kenapa Warga Gembira?

Hari Selasa (10/5/2022), di pagi setelah hasil pemungutan suara awal dikeluarkan, ribuan pengunjuk rasa, sebagian besar anak-anak muda mengadakan demonstrasi di luar gedung KPU di Manila.

Mereka mempertanyakan laporan adanya 2.000 mesin penghitung suara yang dikabarkan bermasalah dan menyampaikan keberatan atas penghitungan yang memperkirakan Bongbong akan menang.

Para pengunjuk rasa berkumpul di depan kantor KPU di Manila.ABC NEWS/MITCH WOOLNOUGH via ABC INDONESIA Para pengunjuk rasa berkumpul di depan kantor KPU di Manila.
"Sentimen mayoritas, bila memang mereka mendukung Marcos Jr, adalah bentuk dari sistem yang sudah menciptakan kegagalan buat kami," kata pengunjuk rasa Reana Dolor.

"Kami memperkirakan enam tahun ke depan akan dipenuhi dengan korupsi, inflasi, dan kemunduran ekonomi karena begitu tidak kompetennya Marcos sebagai seorang pemimpin," kata pengunjuk rasa lainnya Haedric Daguman.

Di antara mereka yang juga kecewa dengan hasil pemungutan suara sejauh ini adalah beberapa pemimpin agama Katolik yang merupakan agama mayoritas di sana.

Pastor Ronald Balase, yang berusia 31 tahun dan bertugas di Gereja Baclaran di Manila tengah mengatakan kampanye pemilu marak dengan penyebaran kabar bohong.

Pastur Ronald Balase mengatakan selama kampanye banyak beredar kabar bohong.ABC NEWS/MITCH WOOLNOUGH via ABC INDONESIA Pastur Ronald Balase mengatakan selama kampanye banyak beredar kabar bohong.
"Sangat menyedihkan bahwa kita dengan mudah melupakan sejarah," katanya kepada ABC.

"Sangat memprihatinkan mendengar orang-orang seusia saya tidak mengindahkan fakta yang ada.

"Mereka malah percaya dengan pemutarbalikkan sejarah dan kebohongan baru yang mereka lihat di YouTube, Facebook atau khususnya di TikTok."

Bagaimana kemungkinan kebijakan luar negeri Bongbong Marcos?

Beberapa pakar mengatakan alasan utama mengapa warga Filipina memilih Bongbong Marcos adalah karena mereka tidak mencari perubahan.

"Kami hanya memiliki informasi yang minim mengenai program dan rencana Marcos, tidak banyak informasi yang diungkapkan ke publik," kata Cleve Arguelles, akademisi dari De La Salle University.

"Namun dia berkampanye untuk melanjutkan kebijakan dan warisan dari presiden sekarang Duterte, jadi itu termasuk program pembangunan infrastruktur 'Build, Build, Build' dan juga mendekatkan Filipina lebih dekat lagi ke China."

Baca juga:

Kampanye pembangunan infrastruktur Build, Build, Build  menjadi salah satu kebijakan utama semasa kepresidenan Rodrigo Duterte.ABC NEWS/MITCH WOOLNOUGH via ABC INDONESIA Kampanye pembangunan infrastruktur Build, Build, Build menjadi salah satu kebijakan utama semasa kepresidenan Rodrigo Duterte.
Semasa Duterte berkuasa, Filipina sudah semakin condong ke China, dengan kerja sama investasi yang lebih dekat.

Rodrigo Duterte juga berulang kali menyampaikan kecaman ke arah Amerika Serikat dan mengancam untuk menghentikan kerja sama militer yang sudah lama ada antar kedua negara.

Namun kebijakan luar negeri Duterte tidak banyak berpengaruh terhadap kepopulerannya di dalam negeri, di mana warga lebih mendukung kebijakan kerasnya terhadap para pedagang narkoba.

Dr Garcia mengatakan sejarah juga akan berperan dalam pendekatan Bongbong Marcos dengan Amerika Serikat.

"Kita bisa mengatakan bahwa Bongbong Marcos akan memikirkan kembali hubungan Amerika Serikat dengan Filipina," katanya.

"Di masanya Amerika Serikat pernah mendukung rezim diktator Presiden Marcos, namun akhirnya AS melihat adanya penantangan besar, dan kemudian rezim tumbang, kemudian AS mendukung Corazon Aquino, musuh berat keluarga Marcos."

"Saya kira Bongbong akan ingat dengan semua itu ketika dia mulai memikirkan kebijakan luar negeri Filipina.'

Media lokal juga melaporkan mengenai masih adanya perintah penangkapan terhadap Bongbong, dari kasus pengadilan di mana dia berusaha mengambil kembali kekayaan yang sebelumnya dicuri namun sekarang dikuasai negara.

Usaha mendapatkan kembali harta tersebut tidak pernah dikukuhkan sendiri oleh Marcos Junior namun besar kemungkinan dia tidak akan berusaha memperbaiki hubungan dengan AS dalam masa enam tahun kepresidenannya.

"Amerika Serikat harus melakukan usaha bila mereka hendak melindungi hubungan yang sudah rapuh dengan Filipina saat ini," kata Dr Garcia.

Baca juga: Mengapa Keluarga Marcos Begitu Kontroversial di Filipina?

Lebih dari 65 juta warga Filipina berhak memberikan suara dalam pemilihan presiden.ABC NEWS/MITCH WOOLNOUGH via ABC INDONESIA Lebih dari 65 juta warga Filipina berhak memberikan suara dalam pemilihan presiden.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ini Reaksi Internasional Usai Ada Laporan Israel Serang Iran

Ini Reaksi Internasional Usai Ada Laporan Israel Serang Iran

Global
28 Tentara Suriah Tewas akibat Serangan ISIS

28 Tentara Suriah Tewas akibat Serangan ISIS

Global
Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Global
Rangkuman Hari Ke-785 Serangan Rusia ke Ukraina: Penembakan Rusia di Donetsk Timur | DPR AS Jadwalkan Voting Bantuan Ukraina

Rangkuman Hari Ke-785 Serangan Rusia ke Ukraina: Penembakan Rusia di Donetsk Timur | DPR AS Jadwalkan Voting Bantuan Ukraina

Global
Badan Atom Internasional: Tak Ada Kerusakan di Situs Nuklir Iran

Badan Atom Internasional: Tak Ada Kerusakan di Situs Nuklir Iran

Global
Israel Serang Iran, Ledakan Terdengar di Kota Isfahan, Ada Apa di Sana?

Israel Serang Iran, Ledakan Terdengar di Kota Isfahan, Ada Apa di Sana?

Global
Australia Minta Warganya Tinggalkan Israel dan Palestina

Australia Minta Warganya Tinggalkan Israel dan Palestina

Global
Kota Isfahan Iran Dilaporkan Tenang dan Aman Pascaledakan Diduga Serangan Israel

Kota Isfahan Iran Dilaporkan Tenang dan Aman Pascaledakan Diduga Serangan Israel

Global
Jawaban Militer Israel Saat Ditanya soal Serangan dan Ledakan di Iran 

Jawaban Militer Israel Saat Ditanya soal Serangan dan Ledakan di Iran 

Global
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Iran Klaim Tembak Jatuh Drone, Sebut Tak Ada Serangan Rudal

Iran Klaim Tembak Jatuh Drone, Sebut Tak Ada Serangan Rudal

Global
3 Ledakan Terdengar Dekat Pangkalan Udara Iran, Kemungkinan Serangan Balasan Israel

3 Ledakan Terdengar Dekat Pangkalan Udara Iran, Kemungkinan Serangan Balasan Israel

Global
Alasan AS Veto Resolusi soal Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Alasan AS Veto Resolusi soal Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Global
Israel Balas Serangan, Iran Aktifkan Sistem Pertahanan Udara, Ledakan Terdengar di Isfahan

Israel Balas Serangan, Iran Aktifkan Sistem Pertahanan Udara, Ledakan Terdengar di Isfahan

Global
Pria Polandia Ditangkap atas Dugaan Rencana Pembunuhan Zelensky

Pria Polandia Ditangkap atas Dugaan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com