KOMPAS.com - Delapan tahun setelah hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370, penyelidik keamanan udara Australia memutuskan untuk memperbarui data investigasinya menurut laporan Daily Mail pada (16/2/2022).
Pembaruan tersebut dilakukan setelah insinyur kedirgantaraan Inggris, Richard Godfrey, mengeklaim telah menemukan lokasi pasti jatuhnya pesawat.
Pesawat Malaysia Airlines MH370 menghilang pada 8 Maret 2014, dengan 239 orang di dalamnya saat dalam perjalanan ke Beijing dari Kuala Lumpur.
Dari 239 orang di dalamnya, 153 adalah warga negara China; 38 orang Malaysia dan sisanya dari Indonesia, Australia, India, Perancis, Amerika Serikat, Iran, Ukraina, Kanada, Selandia Baru, Belanda, Rusia, dan Taiwan.
Richard Godfrey, insinyur kedirgantaraan terkemuka Inggris, dalam laporan yang dipublikasikan akhir tahun lalu meyakini akhirnya bisa memecahkan misteri penerbangan terbesar di dunia sejauh ini.
Richard Godfrey meyakini MH370 menghantam laut 1.933 km sebelah barat Perth, dan terletak 4.000 meter di bawah air.
Titik pasti yang ditentukan oleh perhitungan data adalah sekitar 33 derajat selatan dan 95 derajat timur di Samudera Hindia.
Kesimpulan soal titik keberadaan MH370 didapatkannya setelah menghabiskan lebih dari satu tahun bekerja pada bencana penerbangan itu.
Dia menggabungkan kumpulan data berbeda yang sebelumnya disimpan di domain terpisah, untuk menyelaraskan ke lokasi baru ini di Samudra Hindia bagian Selatan.
Godfrey mengaku itu adalah "pekerjaan yang rumit", karena sebelumnya pemikiran lateral di berbagai disiplin ilmu masih minim untuk kemudian dapat menyatukan data-data yang sudah ada.
"Tidak ada yang punya ide sebelumnya untuk menggabungkan data satelit Inmarsat, dengan data kinerja Boeing, dengan data hanyut puing-puing (MH370) yang mengambang dengan Oseanografi, dan dengan data bersih WSPR," ujarnya mengungkap data-data yang digunakannya selama penelitian.
Baca juga: Pria yang Temukan Puing-puing Pesawat Malaysia MH370 Dibombardir Ancaman Pembunuhan
Weak Signal Propagation Reporter (WSPR), kata dia, dapat digunakan untuk mendeteksi dan melacak pesawat secara akurat.
"Kami melakukan cukup banyak pengujian akan ide baru ini, dan kami telah memiliki keyakinan untuk menerapkannya pada MH370," kata Godfrey kepada BBC sebagaimana dilansir pada (3/12/2022) pertama kali sejak penelitiannya dipublikasikan.
Godfrey mengungkap harapannya agar "kami akan dapat memberikan kejelasan kepada kerabat terdekat, dan jawaban kepada publik penerbangan dan industri penerbangan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan MH370 dan bagaimana kita mencegahnya di masa depan".
Sebelumnya, sudah ada dua pencarian ekstensif di Samudera Hindia untuk MH370, yang menghasilkan hasil yang tidak meyakinkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.