Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donald Trump Sebut Serangan ke Gedung Capitol sebagai Hoaks

Kompas.com - 30/05/2022, 13:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut serangan Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 sebagai pemberontakan tipuan.

Klaim itu diutarakannya saat komite DPR yang, menyelidiki serangan di Gedung Capitol oleh ekstremis pendukung presiden ke-45 AS itu, bersiap memulai dengar pendapat publik minggu depan.

Baca juga: Elon Musk Akan Cabut Blokir Twitter terhadap Donald Trump

Trump berbicara pada rapat umum di Wyoming pada Sabtu (28/5/2022) malam untuk mendukung penantang utama Partai Republik untuk anggota kongres Liz Cheney dalam pemilihan paruh waktu AS.

Cheney duduk di komite dan telah difitnah oleh Trump sejak dia memilih mendukung pemakzulan kedua yang bersejarah kepada pemimpin AS saat itu, atas tuduhan melakukan pemberontakan.

Berbicara kepada kerumunan pada rapat umum di Casper untuk kandidat Partai Republik Harriet Hageman, Trump mengecam Cheney.

“Sebagai salah satu pendukung utama tipuan pemberontakan, Liz Cheney telah mendorong narasi partisan yang sangat salah, dibuat-buat, dan histeris,” kata dia sebagaimana dilansir Guardian pada Senin (30/5/2022).

Dia menambahkan: “Lihatlah apa yang disebut dengan pemberontakan, 6 Januari – sungguh omong kosong.”

Trump dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat seminggu setelah massa menerobos masuk ke Gedung Capitol AS untuk mencoba mencegah sesi gabungan kongres yang mengesahkan kemenangan kandidat Demokrat Joe Biden atas Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden 2020.

Foto pada 24 Juli 2021 memperlihatkan mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump berpidato tentang berbagai hal kepada para pendukungnya di perkumpulan Turning Point Action, Phoenix.AP PHOTO/ROSS D FRANKLIN Foto pada 24 Juli 2021 memperlihatkan mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump berpidato tentang berbagai hal kepada para pendukungnya di perkumpulan Turning Point Action, Phoenix.

Baca juga: Trump Bayar Denda Rp 1,6 Miliar karena Halangi Penyelidikan Pajak

Trump dituduh menghasut pemberontakan mematikan itu setelah mengadakan rapat umum di dekat Gedung Putih pagi itu. Dalam pertemuan itu, dia mendesak orang banyak untuk pergi ke Capitol dan "berjuang mat-matian" untuk membatalkan hasil pemilihan.

Massa, banyak yang membawa spanduk Trump, masuk ke Capitol dan mengamuk melalui koridor, kantor dan ruang sidang parlemen.

Mereka menyerang petugas polisi yang kalah jumlah, dan mengirim Demokrat dan Republik lari menyelamatkan diri.

Trump mengabaikan panggilan dari rekan dan kerabat untuk secara terbuka meminta pendukungnya pergi, dan baru beberapa jam kemudian dia memberitahu orang-orang untuk "pulang" di TV.

Trump dibebaskan dalam sidang pemakzulannya oleh Senat AS. Sebuah laporan Senat bipartisan kemudian menghubungkan tujuh kematian dengan serangan Capitol pada 6 Januari.

Anggota parlemen menyerukan pembentukan komisi independen, mirip dengan yang dibentuk setelah serangan teroris di AS pada 11 September 2001, untuk menyelidiki peristiwa pada dan menjelang 6 Januari dan keterlibatan Gedung Putih Trump.

Partai Republik di Senat mematikan langkah itu, sehingga DPR musim panas lalu membentuk komite terpilih untuk menyelidiki pemberontakan. Ini diketuai oleh anggota Kongres Demokrat Mississippi Bennie Thompson tetapi juga termasuk Partai Republik Adam Kinzinger dan Cheney, putri mantan wakil presiden Dick Cheney.

Baca juga: 5 Masalah Menanti Elon Musk Usai Beli Twitter, dari Akun Donald Trump hingga Fitur Edit

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com