Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kondisi Sungai Aare dari Kacamata WNI di Swiss

Kompas.com - 28/05/2022, 15:25 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

BERN, KOMPAS.com – Sungai Aare di Swiss beberapa hari terakhir ramai dibicarakan oleh publik di Indonesia.

Sebab, sungai ini menjadi lokasi insiden hilangnya anak Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz atau Eril (23) pada Kamis (26/5/2022).

Eril dilaporkan hilang terseret arus Sungai Aare yang cukup deras saat akan naik ke permukaan pada hari itu. Hingga berita ini tayang, putra Gubernur Jawa Barat itu belum ditemukan.

Baca juga: Anak Ridwan Kamil Hilang, Polisi Swiss Ungkap 2 Alasan Sulitnya Pencarian di Sungai Aare

Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Swiss punya penilaian tersendiri terhadap kondisi Sungai Aare.

Bagaimana saja pendapat mereka?

Saat dihubungi Krisna Diantha Akassa, kontributor Kompas.com di Swiss pada Jumat (27/5/2022), tiga WNI di Swiss semuanya menyebut arus Sungai Aare tergolong deras dan orang-orang perlu berhati-hati apabila ingin berenang di sungai tersebut.

Warga Indonesia di Moutier, Jura, Swiss, Maria Sri Rohannah, misalnya. Dia mengaku pernah sekali mandi atau berenang di Sungai Aare dan menyaksikan langsung bahwa arusnya memang deras.

"Saya pernah sekali mandi di sungai Aare, tepatnya tiga tahun lalu. Arusnya memang deras dan disarankan (berenangnya) saat musim panas. Akhir Mei ini masih dingin, apalagi jika pagi hari. Meskipun sudah ada beberapa orang yang mandi, ada baiknya menunggu hingga pertengahan Juni," kata Maria.

Baca juga: Anak Ridwan Kamil Hilang, Polisi Swiss: Orang Asing Sering Tenggelam di Sungai Aare

Menurut dia, ketika sedang berenang maupun naik boat di Sungai Aare, sebaiknya wisatawan menggunakan jaket pelampung demi keamanan.

"Saya dulu juga naik boat karet dari Uttigen hingga ke Muri. Jalur ini dipakai untuk wisata naik boat karet. Sangat terkenal di sungai ini, karena tanpa didayung banyak, boat sudah jalan sendiri. Memang Sungai Aare (diperuntukkan) hanya untuk orang yang bisa berenang dan harus pakai safety jacket. Banyak batu dan jembatan. Jadi meskipun dengan boat, harus hati-hati juga," jelas Maria.

Warga Indonesia di Bern, Swiss, Tenny Schneider, menilai akhir Mei ini bukan waktu yang tepat untuk berenang di Sungai Aare. 

"Sekarang bukan waktu yang tepat mandi di Aare. Masih terlalu dingin. Orang lokal aja masih pikir-pikir. Apalagi beberapa hari kemaren hujan, biasanya volume air Sungai Aare naik dan arunya deras. Apalagi bila daerah hulu sungai juga sedang hujan, bisa saja ada arus yang tiba-tiba datang," jelas dia.

Salah satu jembatan di atas Sungai Aare, SwissDok. https://www.bern.com/en/aare-river/ Salah satu jembatan di atas Sungai Aare, Swiss

Tenny juga menyebut, banyak Faktor yang dipertimbangkan sebelum berenang di Sungai Aare.

"Karena Aare termasuk sungai yang cukup berbahaya. Ada arus air juga yang berputar-putar di sungai ini," katanya.

WNI di Zurich, Swiss, Veronica Tellenbach, bahkan menilai Sungai Aare lebih berbahaya daripada sungai di Zurich.

Baca juga: Anak Ridwan Kamil Hilang di Swiss, Ini Bentuk dan Lokasi Sungai Aare Tempat Eril Terseret Arus

"Zurich punya Sungai Limmat, Lucerne ada Sungai Reuss, dan Bern memiliki Sungai Aare. Dari ketiga sungai ini, sSungai Aare yang paling deras arusnya. Dia datang langsung dari dataran tinggi Bern, yang penuh salju," pendapat dia.

Menurut Veronica, hal yang perlu diwaspadai ketika ingin berenang di Sungai Aare bukan soal temperatur dingin, tapi lebih kepada arus yang kuat.

"Habis winter, kekuatan arus tidak bisa diduga. Bisa sangat cepat dan deras. Waktunya juga, masih agak terlalu dini sekarang (untuk berenang). Untuk orang lokal yang sudah kenal sungai mungkin oke. Tapi untuk turis, terlalu riskan. Sungai Aare lebih berbahaya daripada sungai Limmat di Zürich," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com