Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kasus Cacar Monyet Tiba-tiba Muncul di Seluruh Dunia, Mungkinkah Ada Mutasi Virus?

Kompas.com - 24/05/2022, 22:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

Antara 2010 dan 2019, kasus-kasus muncul kembali di Liberia dan Sierra Leone setelah absen selama empat dekade dan di Republik Afrika Tengah setelah tiga dekade, menurut penelitian yang diterbitkan pada Februari dan dipimpin oleh Pallas Health Research and Consultancy di Belanda.

Sejak pandemi Covid-19 dimulai, para peneliti dan petugas kesehatan di seluruh dunia juga lebih waspada terhadap gejala virus dan lebih cepat melaporkan sesuatu yang tidak biasa, sehingga deteksi kasus terjadi lebih cepat.

Baca juga: Virus Cacar Monyet Masuk Israel, Dikhawatirkan Menyebar ke Timur Tengah

Mungkinkah virus telah bermutasi?

Penyebaran dari manusia ke manusia tidak mudah untuk cacar monyet. Satu studi menemukan hanya 3 persen dari kontak dekat seseorang dengan penderita cacar monyet akan terinfeksi.

Tetapi peningkatan kasus yang aneh saat ini telah meningkatkan kemungkinan bahwa virus mungkin telah bermutasi, dengan cara yang membuat penularan dari orang ke orang lebih mungkin terjadi.

Namun, lebih banyak data dan analisis laboratorium diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini, dan untuk saat ini dugaan itu hanyalah sebuah teori.

Pengurutan virus di laboratorium sedang dilakukan oleh para ahli, dan hasilnya seharusnya dapat diumumkan dalam beberapa hari apakah virus telah berubah.

Meskipun cacar monyet telah ada selama beberapa dekade, cacar monyet tetap dianggap sebagai penyakit langka, yang berarti selalu ada lebih banyak hal untuk dipelajari tentangnya.

Baca juga: Apa Itu Cacar Monyet: Gejala, Penyebab, dan Kenapa Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Virus mungkin hanya memanfaatkan situasi yang ideal

Cacar monyet menyebar di antara manusia, melalui kontak fisik yang dekat dengan seseorang yang memiliki gejala.

Cacar monyet dapat menyebabkan lesi berisi nanah yang berkembang di kulit, dan kontak dengan cairan dari ruam ini – termasuk kontak dari pakaian dan tempat tidur yang terkontaminasi – dapat menyebarkan virus.

Luka di mulut juga bisa menularkan virus.

Dalam wabah saat ini, telah terjadi pengelompokan di antara orang yang berhubungan seks sesama jenis, yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tetapi para ahli memperingatkan agar tidak menyatakan penyebaran virus sebagai penyakit menular seksual, atau menghubungkannya dengan komunitas tertentu.

Jauh lebih mungkin bahwa kontak dekat yang terjadi selama berhubungan seks bertanggung jawab untuk penyebaran, dan bukannya saat hubungan seksual itu sendiri.

Baca juga: Apa Itu Cacar Monyet: Gejala, Penyebab, dan Kenapa Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Sementara itu, WHO mendesak orang untuk tidak menstigmatisasi mereka yang didiagnosis dengan virus.

“Kami telah melihat pesan yang menstigmatisasi kelompok orang tertentu di sekitar wabah cacar monyet ini,” kata WHO dalam sebuah pernyataan.

“Kami ingin memperjelas bahwa ini tidak benar. Pertama-tama, siapa pun yang melakukan kontak fisik dekat dalam bentuk apa pun dengan seseorang yang menderita cacar monyet berisiko, terlepas dari siapa mereka, apa yang mereka lakukan, dengan siapa mereka memilih untuk berhubungan seks atau faktor lainnya.”

Bisa jadi virus itu tidak bermutasi sama sekali, tetapi memanfaatkan kesempatan yang ideal untuk menyebar ketika semua kondisinya tepat. Misalnya, dalam komunitas orang-orang yang berhubungan dekat satu sama lain, yang bisa membuat peluang penyebaran virus juga semakin banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Guardian
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com