Kekayaan gabungan miliarder mencapai 12,7 triliun dollar AS, menurut peringkat majalah Forbes tentang orang super kaya di dunia.
Itu setara dengan 13,9 persen dari PDB global, dan meningkat tiga kali lipat dari 2000. Kekayaan 20 miliarder terkaya bahkan lebih besar dari seluruh PDB wilayah sub-Sahara Afrika.
Oxfam pun menuntut upaya pencegahan atas "pencari untung dari krisis", dengan cara memperkenalkan “pajak tak terduga sementara” kepada semua perusahaan besar, tidak hanya perusahaan minyak dan gas.
Pajak semacam itu kepada "32 perusahaan multinasional yang sangat menguntungkan saja, dapat menghasilkan pendapatan 104 miliar dollar AS (Rp 1,5 kuadriliun) pada 2020".
“Memperkenalkan pajak kekayaan, misalnya, akan mengumpulkan dana yang besar untuk membantu kelompok rentan bertahan dari krisis ini, dan membangun masa depan yang lebih baik,” kata Sriskandarajah.
Baca juga: Afghanistan Kelaparan, Tingkat Rawan Pangan Capai Fase Bencana
Menyikapi semakin lebarnya kesenjangan di dunia, Oxfam pun menyerukan agar pertemuan para pemimpin dunia di Davos segera memperkenalkan pajak kekayaan pada orang super kaya.
Tujuannya untuk membantu mengatasi "peningkatan terbesar dalam kemiskinan ekstrem dalam lebih dari 20 tahun".
Badan amal pembangunan itu mengatakan pemerintah harus mengikuti contoh Argentina, dan memperkenalkan "pajak solidaritas atas rejeki nomplok para miliarder".
Oxfam juga menyerukan pengenalan pajak kekayaan permanen untuk “mengendalikan kekayaan ekstrem dan kekuatan monopoli”.
Dikatakan bahwa pajak kekayaan tahunan mulai dari 2 persen untuk jutawan, dan naik menjadi 5 persen untuk miliarder, bisa menghasilkan 2,5 triliun dollar AS (Rp 36,6 kuadriliun) setahun.
Dana itu, kata Oxfam, akan cukup “untuk mengangkat 2,3 miliar orang keluar dari kemiskinan, membuat cukup vaksin untuk dunia, dan memberikan perawatan kesehatan universal dan perlindungan sosial untuk semua orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah”.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.