Faktor lainnya adalah letak geografi Indonesia yang strategis bagi Australia dan negara terbesar di kawasan.
"Stabiltas politik antara Indonesia dan Australia adalah jaminan bagi stabilitas Australia dan kawasan regional," katanya.
Walaupun, lanjutnya, kepemimpinan Anthony Albanese tidak akan mengubah strategi Australia yang belum 100 persen percaya diri untuk mengurus pertahanan dan keamanan, seperti yang terbaru adalah menjalin kesepakatan AUKUS (kerja sama kapal selam tenaga nuklir antara AS, Australia, dan Inggris) dan lainnya.
Sejak merdeka tahun 1901 hingga sekarang, Australia selalu beraliansi dengan kekuatan-kekuatan besar dunia, seperti dengan Inggris dan AS, ujarnya.
"Dengan rise of Tiongkok yang sudah mendekat ke Asia Tenggara. Mereka sangat khawatir dan sebagai respon lahirlah AUKUS ini. Saya rasa mereka akan bermain di banyak kaki," kata Harry.
"Namun, ketika AUKUS disepakati, Australia langsung berkunjung ke Indonesia, untuk menjelaskan dan membuat kesepakatan kerja sama militer karena mereka tahu posisi penting Indonesia," katanya.
Baca juga:
Albanese adalah pendukung setia Partai Buruh sejak berusia 20-an. Ia mencapai puncak pimpinan Partai Buruh selama tiga tahun terakhir, mengambil alih kursi, usai kekalahan mengejutkan pendahulunya Bill Shorten pada 2019.
Albanese telah bekerja di sektor layanan politik baik federal dan negara bagian sebelum terpilih pada ulang tahunnya yang ke-33 menjadi anggota dewan Sydney tahun 1996.
Kemudian, pada 2007, ketika Partai Buruh berkuasa di bawah Kevin Rudd, Albanese menjadi menteri infrastruktur dan transportasi.
Dia tetap menjadi tokoh yang berpengaruh saat partai memasuki periode penuh gejolak, pergantian Rudd dengan Julia Gillard pada 2010.
Albanese kemudian mengajukan diri menjadi ketua umum partai. Meskipun populer di kalangan anggota partai, saingannya, Bill Shorten mendapat lebih banyak dukungan di antara anggota parlemen.
Akhirnya, waktu bagi Albanese tiba pada 2019, setelah Shorten kalah dalam dua pemilihan dan digulingkan sebagai pemimpin Partai Buruh.
Menjelang pemilihan, Albanese berusaha keras untuk membuktikan bahwa dia "not woke" - sebuah seruan yang ditujukan kepada pemilih yang lebih konservatif yang meninggalkan partai pada pemilihan 2019.
Albanese juga mengubah dukungan sebelumnya terhadap kebijakan aksi iklim yang lebih agresif sambil meningkatkan retorika yang lebih keras terhadap China dan keamanan nasional.