COLOMBO, KOMPAS.com - Sri Lanka yang sedang dilanda krisis menunjuk enam menteri lagi pada Senin (23/5/2022), tetapi posisi menteri keuangan masih kosong.
Negara itu mengalami kekurangan cadangan devisa terburuk. Pemerintah Sri Lanka tidak mampu membiayai bahkan impor bahan-bahan pokok seperti makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Pekan lalu, kantor Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan, PM baru itu diharapkan dapat memikul tanggung jawab tambahan untuk mengelola keuangan negara guna menariknya keluar dari kebangkrutan.
Baca juga: Sri Lanka Kehabisan Bensin dan Tidak Bisa Impor karena Tak Punya Dollar
Namun, belum ada penjelasan dari kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa pada Senin tentang mengapa Ranil Wickremesinghe tidak diberi pekerjaan itu.
Sumber-sumber politik mengatakan, beberapa legislator lain dari partai presiden yaitu Sri Lanka Podujana Peremuna (SLPP) menolak mengambil posisi menkeu.
"Ada ketegangan antara SLPP dan lainnya di pemerintahan persatuan," kata seorang pejabat pemerintah yang terlibat dalam pembentukan kabinet, kepada AFP.
"Setidaknya empat anggota parlemen menolak untuk menjadi menteri," lanjutnya.
Wickremesinghe mengambil alih jabatan PM Sri Lanka awal bulan ini setelah Mahinda Rajapaksa, kakak laki-laki presiden, mengundurkan diri menyusul demo anti-pemerintah berbulan-bulan yang berubah menjadi kerusuhan, dengan sedikitnya sembilan orang tewas.
Wickremesinghe (73) berjanji untuk membentuk koalisi lintas partai setelah kabinet sebelumnya dibubarkan.
Baca juga:
Para menteri baru--untuk perikanan, pertanian, transportasi, lingkungan, budaya, dan irigasi--dilantik di hadapan presiden di kediaman resminya yang dijaga ketat di Colombo.
Tak kunjung terisinya posisi menteri keuangan dapat menghambat negosiasi IMF tentang bailout, ujar kepala bank sentral memperingatkan pada Kamis (19/5/2022).
Sri Lanka, negara berpenduduk 22 juta orang, mengalami kesulitan ekonomi yang parah selama berbulan-bulan.
Konsumen tidak dapat membeli bensin, solar, dan gas untuk memasak, sementara makanan pokok dijatah. Sri Lanka juga menghadapi rekor inflasi dan pemadaman listrik harian yang panjang.
Bulan lalu, Sri Lanka mengumumkan gagal bayar utang luar negeri senilai 51 miliar dollar AS (Rp 746,9 triliun) karena kehabisan dollar.
Baca juga: Memahami Alasan Serius di Balik Bangkrutnya Sri Lanka
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.