CANBERRA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pemerintah konservatifnya meninggalkan Australia dalam kondisi yang kuat.
Ini bahkan terjadi ketika para pemilih pada hari Sabtu (21/5/2022) seolah menghukumnya karena penanganannya terhadap sejumlah masalah, termasuk perubahan iklim dan pandemi.
Hal ini membuat oposisi kiri-tengah naik ke puncak kekuasaan untuk pertama kalinya selama hampir satu dekade.
Baca juga: Setelah 9 Tahun Berkuasa, Pemerintah Konservatif Kalah dalam Pemilu Australia karena Isu Iklim
Dilansir Fox News, Morrison, 54 tahun, mengatakan dia mundur sebagai ketua partai Liberal.
Anggota senior koalisi konservatif yang telah memerintah Australia sejak 2013 ini mengakui kekalahan dari partai Buruh dan pemimpinnya Anthony Albanese.
Sebagai seorang mantan pemasar pariwisata sebelum beralih ke politik, Morrison dicap sebagai "perdana menteri yang tidak disengaja" pada tahun 2018.
Saat itu rekan-rekan pemerintahnya memilihnya untuk menggantikan pemimpin saat itu, Malcolm Turnbull.
Morrison membuat kejutan besar dengan memimpin koalisi menuju kemenangan dalam pemilihan 2019 yang awalnya tampak tidak dapat dimenangkan.
Baca juga: Australia Umumkan Dugaan Kasus Cacar Monyet dari Pria yang Kembali dari Eropa
Sejak saat itu dia dikritik habis-habisan karena menyeret rantai perubahan iklim dan karena tidak membangun integritas yang dijanjikan dan tak mencegah korupsi para politisi nasional.
Dia juga dicemooh karena berlibur di Hawaii selama krisis kebakaran hutan besar Australia pada musim panas 2019-20.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.