Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Hitler dan Mobil Pertamanya

Kompas.com - 20/05/2022, 06:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TANGGAL 12 September 1919, Adolf Hitler, veteran muda perang dunia pertama yang menjadi intelijen militer Jerman, diutus oleh komandannya untuk menghadiri acara pertemuan partai super gurem baru bernama German Worker Party.

Partai tersebut memang sangat gurem. Acaranya hanya dihadiri sekitar 50 orang, begitu Hitler menulisnya di dalam Main Kampf.

Saat itu, tak terbesit di hati Hitler untuk ikut “stand up” dan bicara atau bertanya. Niatnya hanya mengamati, lalu membuat laporan untuk komandanya, walaupun pembicara silih berganti.

Namun akhirnya Hitler tak tahan untuk “speak up,” setelah mendengar pidato seorang Profesor bernama Beuman, yang bicara tentang perlunya daerah Bavaria melepaskan diri dari Jerman dan bergabung dengan Austria mendirikan Jerman Selatan.

Rasa nasionalismenya terusik. Hitler berdiri dan mengemukakan pendapatnya secara ciamik menentang pandangan sang profesor.

Tentu, momen tersebut tidak saja menampakan pandangan Hitler, tapi juga menunjukan bakat pidatonya yang luar biasa.

Selesai acara, Hitler didatangi oleh Anton Dexler, ketua harian German Worker Party. Ia memuji pandangan Hitler dan kemampuannya dalam menyampaikan pandangannya, sembari memberikan selembaran leaflet berisi pandangan nasionalisme Dexler mewakili partainya, berjudul "My Political Awakening."

Dan dengan penuh harap, Dexler mengajak Hitler bergabung menjadi anggota.

Awalnya Hitler tak terlalu tertarik, la wong partai kecil, kurang signifikan. Tapi kesamaan ideologi dan cara pandang, membuat Hitler memutuskan untuk terlibat lebih jauh.

Partai Gurem tersebut, mewakili ideologi salah satu Kelompok Rahasia Besar Jerman, sebut saja Secret Society, bernama Thule Society, yaitu nasionalisme, anti-semitisme, dan violent anti communist (antikomunis garis super keras), di luar masonic society, pendirinya Baron Rudolf von Sebottendorff.

Anggotanya kelas menengah dan kelas atas German, mulai dari profesional pengacara, dokter, pengusaha sedang, industrialis besar, aristokrat, anggota polisi, pejabat pemerintahan, termasuk pemilik hotel Four Season Cabang Munich, di mana kantor pusat Thule Society berada.

Cerita bermula lima bulanan sebelum Hitler diutus oleh komandannya mengintai partai Gurem tersebut.

Kekalahan Jerman di perang dunia pertama merontokan ekonomi dan politik Jerman, yang menjadi sebab lahirnnya republik Weimar yang rapuh.

Kondisi yang buruk tersebut membuat gerakan kiri di Jerman menguat. Apalagi dua tahun sebelumnya terjadi revolusi komunis di Rusia dan setahun sebelumnya gerakan kiri Jerman berhasil membuat gerakan masif di Berlin, yang dicandra oleh Thule Society sebagai faktor yang berperan dalam kekalahan Jerman di perang dunia pertama.

Sebagaimana imbas dari menguatnya gerakan kiri, kelas pekerja terpisah secara kontradiktif dengan kelas pengusaha dan pejabat.

Situasi tersebut mengkhawatirkan Thule Society. Maka lahirlah ide mendirikan semacam lingkaran politik baru untuk menarik kalangan pekerja dari kubu komunis ke kubu nasionalis, dengan menunjuk salah satu anggotanya, semacam pimpronya, Karl Harrer untuk mengurusnya.

Tapi di lapangan, tentu tak mungkin menarik kalangan pekerja dengan statusnya sebagai seorang anggota kalangan menengah atas seperti Harrer.

Karena itu, Harrer memutuskan untuk menarik Anton Dexler, seorang pekerja rel kereta api Jerman yang sering menulis topik-topik nasionalisme di koran milik Harrer, ke dalam lingkaran baru tersebut.

Maka didapuklah Anton menjadi ketua hariannya, sementara Harrer sebagai Chairman.

Boleh jadi Anton sadar di belakang partai barunya ada Thule Society, tapi seperti Lenin yang sangat sadar bahwa Jermanlah yang membantunya kembali ke Petrograd, untuk merontokan Tsar Empire yang menjadi lawan Jerman di Perang Dunia Pertama, Anton pun tak ambil pusing, selama semangat dan ideologinya sama, yakni nasionalis anti komunis.

Ia tancap gas saja. Namun partai tersebut justru bertingkah mirip dengan sponsornya, membuat acara diam-diam, di hall cafe atau hotel, di luar jangkauan publik, dengan peserta yang sangat sedikit.

Setelah Hitler bergabung (sembari tetap menjabat sebagai intel militer), dengan kemampuan pidatonya yang luar biasa, Hitler mendorong Anton Dexler untuk membawa partai ke ruang publik, agar mendapat lebih banyak audience dan anggota.

Harrer menolak, tapi Dexler setuju. Maka, Hitler dan Dexler harus mencari sponsor untuk partai super gurem yang bahkan belum memiliki kantor tersebut.

Di tengah jalan, Hitler dibawa oleh salah seorang kawanya di militer untuk bertemu dengan Kapten Ernest Rohm (nantinya menjadi Ketua sayap paramiliter Nazi), anggota Klub militer nasionalistik bernama Iron Fist (anda pasti sering mendengar istilah Iron Fist ini dikaitkan dengan pemerintahan tangan besi). Ya, itulah nama klubnya.

Ketertarikan Rohm dan Klub Iron Fist pada kemampuan orasi Hitler, plus semangat antikomunis dan nasionalis yang ia teriakan, membuat Rohm dan Iron Fist bersedia menyediakan dana untuk Hitler dan Dexler agar bisa mengadakan acara-acara perkumpulan German Worker Party, di mana Pidato Hitler diharapkan bisa menjadi penarik audien.

Artinya, partai gurem tersebut memang harus “go public.” Tapi Harrer menolak dan memutuskan mundur dari chairman partai.

Tak ambil pusing dengan mundurnya Harrer, Hitler dan Dexler terus jalan. Acara pertama hanya mampu menarik audience 100 orang, acara kedua 140 orang, acara ketiga 200 orang, keempat 270 orang, kelima 400 orang, dst.

Tidak sesuai dengan harapan. Tapi Hitler adalah pribadi yang tangguh, konsisten, dan persisten.

Di luar sponsor kecil dari Thule dan Secret Fund Militer, partai juga mendapat donasi dari pengusaha kecil, seperti pemilik toko, karyawan rendahan, ibu-ibu dan janda, yang jumlahnya tidak signifikan.

Dengan dana yang sangat minim, Hitler dan Dexler memutuskan menyewa sebuah ruangan kecil di daerah Sterneckerbrau seharga 90 mark per bulan.

Partai tersebut tertatih-tatih secara finansial, meskipun diinisiasi oleh kelompok rahasia Thule, yang belum benar-benar percaya kepada partai baru tersebut.

Keluarnya Harrer tidak memutus pertalian partai dengan Thule Society, walau kontribusinya masih kecil.

Kekosongan posisi Harrer kemudian digantikan oleh anggota Thule yang lain, Dietrich Eckart, yang cukup berpengaruh terhadap Hitler di awal karir politiknya.

Eckartlah yang kemudian membawa Hitler ke lingkungan pergaulan Thule Society kelas atas, para industrialis dan para jenderal di Berlin Eckart memperkenalkan Hitler pada anggota Thule lainya, Alfred Rosenberg, yang memperkuat keyakinan Hitler atas spirit antisemitisme alias anti-Yahudi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com