Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Finlandia dan Swedia Tetap Daftar NATO dan Abaikan Peringatan Putin, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 18/05/2022, 19:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

Meskipun tidak mengabaikan ancaman ini, Alexander Stubb menilai risiko yang lebih realistis adalah serangan dunia maya Rusia, kampanye disinformasi, dan pelanggaran wilayah udara sesekali.

Akankah NATO membuat Swedia dan Finlandia lebih aman?

Setidaknya ada minoritas yang signifikan di Swedia, yang menilai negaranya tetap tidak akan lebih aman di bawah payung NATO.

Deborah Solomon, dari Masyarakat Perdamaian dan Arbitrase Swedia, berpendapat bahwa pencegahan nuklir NATO meningkatkan ketegangan dan risiko perlombaan senjata dengan Rusia.

Menurutnya, kondisi tersebut bisa memperumit upaya perdamaian dan justru membuat Swedia menjadi tempat yang kurang aman.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-82 Serangan Rusia ke Ukraina, Swedia Daftar NATO hingga Evakuasi Tentara dari Azovstal

Ketakutan lain adalah bahwa dengan bergabung dengan aliansi, Swedia akan kehilangan peran utama dalam upaya perlucutan senjata nuklir global.

Margot Wallstrom mengenang bagaimana beberapa menteri luar negeri NATO sangat ditekan oleh AS untuk tidak ambil bagian dalam negosiasi perlucutan senjata PBB pada 2019.

Tapi Hultqvist, menteri pertahanan saat ini, menyatakan tidak ada kontradiksi antara keanggotaan NATO dan ambisi perlucutan senjata Swedia.

Banyak orang Swedia yang skeptis terhadap NATO melihat kembali ke periode 1960-an-80-an. Saat itu, negara itu menggunakan netralitasnya untuk memposisikan diri sebagai mediator internasional dan sekutu dunia terjajah.

Negara itu mampu mengkritik Uni Soviet dan AS secara vokal, dan pada satu titik di tahun 1970-an mengklaim sebagai satu-satunya negara Barat yang mendukung gerakan anti-apartheid Afrika Selatan.

Jika Swedia bergabung dengan NATO, itu berarti "meninggalkan mimpi" menjadi mediator, kata Solomon.

Netralitas Finlandia sangat berbeda karena muncul sebagai syarat perdamaian, yang diberlakukan oleh Uni Soviet dalam "perjanjian persahabatan" 1948. Itu dipandang sebagai cara pragmatis untuk bertahan dan mempertahankan kemerdekaan negara.

Baca juga: Turki: Finlandia Gabung NATO dengan Damai, Swedia Provokatif

“Netralitas Swedia adalah masalah identitas dan ideologi, sedangkan di Finlandia masalah eksistensi,” kata Henrik Meinander.

Sejarawan itu yakin, Swedia bahkan mampu berdebat tentang keanggotaan NATO salah satunya karena dia menggunakan Finlandia dan Baltik sebagai "zona penyangga".

Di sisi lain, Finlandia sebenarnya sudah meninggalkan netralitasnya setelah Uni Soviet runtuh.

Ia melihat ke Barat dan berusaha membebaskan diri dari lingkup pengaruh Soviet. Bergabung dengan Uni Eropa dipandang tidak hanya menawarkan keuntungan ekonomi tetapi juga keuntungan keamanan.

Iro Sarkka menilai, bergabung dengan NATO pada awal 1990-an mungkin menjadi langkah yang terlalu besar bagi Finlandia, yang ketika itu baru muncul sebagai “negara netral”.

Tetapi waktu dan persepsi tentang risiko sudah berubah sekarang, kebanyakan orang Finlandia mengatakan mereka siap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com