Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kremlin Marah Barat Berencana Rebut Aset Rusia lalu Dibelanjakan untuk Kepentingan Ukraina

Kompas.com - 18/05/2022, 17:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

MOSKWA, KOMPAS.com – Rusia tak terima apabila negara-negara G7 dan Uni Ropa merebut aset Moskwa yang dibekukan kemudian digunakan untuk kepentingan Ukraina.

Kremlin mengatakan pada Selasa (17/5/2022) bahwa apabila langkah tersebut benar-benar diambil, maka itu sama saja dengan pencurian langsung.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner menuturkan bahwa dia terbuka terhadap gagasan untuk menyita aset-aset negara Rusia untuk membiayai rekonstruksi Ukraina.

Baca juga: Hari-hari Pamungkas McDonalds di Rusia, Antre Panjang untuk Big Mac Terakhir, Rela Berkendara 250 Km

Hal itu disampaikannya kepada empat surat kabar Eropa, sebagaimana dilansir Reuters.

Lindner menambahkan bahwa proposal itu telah didiskusikan di antara G7 dan di Uni Eropa.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada yang memberi tahu Rusia tentang inisiatif semacam itu.

“Ilegal, terang-terangan, dan tentu saja membutuhkan respons yang tepat. Itu sebenarnya adalah pencurian langsung,” kata Peskov.

G7 dan kekuatan besar Barat telah melarang transaksi dengan bank sentral Rusia dan membekukan asetnya, dengan nilai sekitar 300 miliar dollar AS, yang berada di yurisdiksi mereka.

Baca juga: Terdesak Kebutuhan dan Kebuntuan Sanksi, Uni Eropa Izinkan Pembelian Gas Rusia Diteruskan

Sanksi tersebut dijatuhkan Barat kepada Rusia setelah Moskwa melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, perundingan damai antara Rusia dan Ukraina mengalami stagnasi.

Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kondisi itu dan Rusia mengindikasikan kembalinya perundingan mungkin sulit untuk dilakukan.

Rusia menuduh Ukraina mengeraskan pendiriannya dan Barat mendukung pemerintah di Kyiv.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa AS, Inggris, dan Belgia ingin memanfaatkan Ukraina untuk keuntungan strategis mereka.

Baca juga: Rusia Sebut Tak Akan Biarkan Perang Dunia 3 Pecah, tetapi dengan Syarat

Lavrov yakin tidak ada kesepakatan dalam waktu dekan yang dapat dibuat jika negosiator mencoba untuk "mentransfer dialog" yang fokus pada apa yang Barat katakan daripada situasi langsung di Ukraina.

Menurut dia, hal itu akan menjauhkan peluang untuk kemajuan dalam pembicaraan antara Rusia dan Ukraina.

“Kami selalu mengatakan bahwa kami siap untuk negosiasi. Tapi, kami tidak diberi pilihan lain," kata Lavrov, dilansir Reuters.

Ukraina dan Rusia telah mengadakan sejumlah pembicaraan damai sejak akhir Februari, hanya beberapa hari setelah Rusia menginvasi tetangganya.

Namun, hanya ada sedikit komunikasi di antara kedua negara itu dalam beberapa pekan terakhir ini.

Baca juga: Rusia Tuding Negosiator Ukraina Dikendalikan oleh AS dan Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com