NUKU’ALOFA, KOMPAS.com - Letusan gunung berapi Tonga pada Januari telah dikonfirmasi sebagai ledakan terbesar di atmosfer yang pernah tercatat oleh instrumentasi modern.
Peristiwa itu jauh lebih besar daripada peristiwa vulkanik abad ke-20, atau memang tes bom atom yang dilakukan setelah Perang Dunia II.
Baca juga: Elon Musk Sumbang 50 Terminal Satelit ke Tonga untuk Pulihkan Komunikasi
Penilaian tersebut dilaporkan dalam sepasang makalah ilmiah di jurnal Science yang telah meninjau semua data.
Dari sejarah baru-baru ini, kemungkinan hanya letusan Krakatau 1883, yang menyaingi gangguan atmosfer yang dihasilkan.
Peristiwa bencana di Indonesia itu diperkirakan telah merenggut lebih dari 30.000 jiwa.
Untungnya, letusan gunung berapi bawah laut pada 15 Januari di Hunga Tonga-Hunga Ha'apai (HTHH) di Pasifik selatan mengakibatkan kematian yang sangat sedikit, meskipun juga menghasilkan tsunami yang besar.
"Tonga adalah peristiwa yang benar-benar global, sama seperti Krakatau, tetapi sekarang kita memiliki semua sistem pengamatan geofisika ini dan mereka merekam sesuatu yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya dalam data modern," Dr Robin Matoza, dari University of California, Santa Barbara, kepada BBC News dilansir pada Minggu (15/5/2022).
Dia adalah penulis utama di salah satu makalah.
Baca juga: Setelah Diterjang Tsunami, Tonga Giliran Harus Lockdown akibat Covid-19
Para ilmuwan sekarang memiliki akses ke berbagai instrumen berbasis darat dan luar angkasa yang luar biasa. Termasuk diantaranya adalah sensor tekanan atmosfer, seismometer, telepon air, dan armada satelit yang memantau Bumi di seluruh spektrum cahaya.
Ledakan Gunung Tonga yang kolosal terjadi pada akhir beberapa minggu aktivitas di gunung bawah laut. Peristiwa itu menghasilkan beberapa jenis gelombang tekanan atmosfer yang menyebar dalam jarak yang sangat jauh.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.