Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Presiden Brasil Calonkan Diri Lagi Usai Bebas dari Tuduhan Korupsi Pasca Menjabat Dua Periode

Kompas.com - 09/05/2022, 10:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

BRASILIA, KOMPAS.com - Mantan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva secara resmi meluncurkan kampanyenya untuk pemilihan presiden Brasil (Pilpres Brasil) selanjutnya, dan menyerukan orang-orang bersatu di belakangnya untuk mengalahkan “ancaman totaliter”.

“Kami siap bekerja tidak hanya untuk memenangkan pemilihan pada 2 Oktober, tetapi untuk membangun dan mengubah kembali Brasil, yang akan lebih sulit (sekarang),” kata ikon sayap kiri politik berusia 76 tahun itu dalam rapat umum di Sao Paulo, Sabtu (7/5/2022).

Baca juga: Brasil Bangun Patung Yesus Baru, Lebih Tinggi dari Patung di Rio de Janeiro

Kemunculan kembalinya secara resmi dalam ranah politik “Negeri Samba'' dilakukan empat tahun setelah dia dipenjara atas tuduhan korupsi yang kontroversial.

“Momen paling serius yang dialami negara ini memaksa kita untuk mengatasi perbedaan kita dan membangun jalan alternatif menuju ketidakmampuan dan otoritarianisme yang mengatur kita,” kata pemimpin sayap kiri itu sebagaimana dilansir Al Jazeera.

"Kami ingin bergabung dengan para demokrat dari semua posisi politik, kelas, ras dan keyakinan agama ... untuk mengalahkan ancaman totaliter, kebencian, kekerasan dan diskriminasi yang menguasai negara kami," katanya kepada kerumunan yang bersorak.

Pembatalan hukuman korupsi

Pria 76 tahun itu meninggalkan jabatannya pada 2010 sebagai presiden paling populer dalam sejarah Brasil.

Sebelumnya dia memimpin ledakan ekonomi “Negeri Samba” yang mengangkat sekitar 30 juta warga Brasil dari kemiskinan.

Baca juga: Playboy Brasil Ini Nikahi 9 Wanita, Dicerai 1 Istri, Ingin Nikahi 2 Wanita Lagi

Masa kampanye akan dimulai pada Agustus, tapi ikon sayap kiri ini berkampanye secara tidak resmi sejak Maret 2021, ketika pengadilan membatalkan hukuman korupsi yang membuatnya absen dari politik.

“Politik hidup di setiap sel tubuh saya, karena saya punya alasan,” katanya dua hari setelah putusan.

“Dalam 12 tahun sejak saya meninggalkan kantor kepresidenan, saya melihat bahwa semua kebijakan yang saya buat untuk memberi manfaat bagi orang miskin telah dihancurkan.”

Investigasi menyeluruh yang dijuluki "Operasi Cuci Mobil" yang dimulai pada 2014 mengungkap skema korupsi besar yang berpusat pada perusahaan minyak milik negara Petrobras.

Lula dihukum karena beberapa tuduhan menerima suap, dan dijatuhi hukuman total 26 tahun penjara.

Baca juga: Dua Hari Hujan Deras di Brasil Kembali Picu Bencana Alam, Sedikitnya 14 Tewas, 5 Hilang

Petahana mempersempit kesenjangan

Dia memulai hukumannya pada April 2018 dan dikeluarkan dari pemilihan presiden tahun itu, yang dimenangkan Presiden Brasil saat ini Jair Bolsonaro, setelah gelombang kemarahan terhadap Lula dan Partai Buruh (PT).

Mahkamah Agung kemudian menemukan bias di pihak hakim utama dalam kasus tersebut, Sergio Moro, yang kemudian menjadi menteri kehakiman Bolsonaro.

Lula menyebut kasus itu sebagai konspirasi. Dia dibebaskan sambil menunggu banding pada November 2019 tetapi dilarang berpolitik hingga putusan tahun lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com