Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Ukraina yang Mengaku Disiksa di Penjara Rusia dan Diberi Kartu Identitas Nama Negara Bagian dari Uni Soviet

Kompas.com - 29/04/2022, 08:10 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KYIV, KOMPAS.com - Tiga minggu setelah dibebaskan, Volodymyr Khropun masih tampak terguncang akibat trauma yang dialaminya. Sebagai relawan Palang Merah, dia ditangkap oleh pasukan Rusia, dan dikirim ke wilayah negara itu.

Pada 18 Maret, Volodymyr mengemudikan bus sekolah ke desa Kozarovychi, sekitar 40 km barat laut Kyiv, untuk mengevakuasi beberapa warga sipil yang terjebak di sana karena pertempuran.

Ketika dia berusaha meyakinkan tentara Rusia untuk mengizinkannya melewati pos pemeriksaan, mereka justru menahannya.

Baca juga: Presiden Ukraina Berterima Kasih kepada Presiden Jokowi atas Undangan ke G20

Selama hari-hari pertama, dia ditahan di ruang bawah tanah di pabrik di desa terdekat, bersama warga sipil lainnya. Terdapat 40 orang di satu ruangan seluas 28 meter persegi.

"Kami dipukuli dengan senapan, ditinju, dan ditendang. Mereka menutup mata dan mengikat tangan saya dengan plester. Mereka menggunakan taser dan terus menerus meminta informasi tentang militer," kata Volodymyr.

"Salah satu serdadunya masih sangat muda, masih seperti anak-anak. Dia menggunakan taser pada leher, muka, lutut orang. Tampaknya ia seperti senang memainkan alat itu."

Setelah ditahan hampir satu minggu di Ukraina, para warga diangkut ke Belarus.

"Mereka mengira kami tidak tahu, tetapi saya tahu desa-desa yang kami lewati, Ivankiv, Chernobyl dan kemudian saya tahu kami melintasi perbatasan," katanya.

Di Belarus, mereka diberi dokumen identitas. Dikatakan surat dikeluarkan oleh militer Federasi Rusia dan menyatakan tempat kelahiran Volodymyr adalah "Republik Sosialis Soviet Ukraina".

Baca juga: Rusia Peringatkan Barat: Jangan Uji Kesabaran Kami

Itulah nama Ukraina sebelum Uni Soviet runtuh pada 1991, sebelum menjadi negara merdeka. Ini menunjukkan ambisi Rusia di kawasan.

Dari Belarus, kata Volodymyr, mereka dibawa ke penjara di Rusia.

"Penyiksaan berlanjut. Mereka menghina kami, memaksa kami berlutut dan memaksa kami mengambil posisi yang tidak nyaman. Jika kami memandang mata mereka, kami dipukuli. Jika kami melakukan sesuatu pelan-pelan, kami dipukuli. Mereka memperlakukan kami bagaikan binatang," ungkapnya.

Suatu malam Volodymyr menghitung ada 72 orang di penjara bersamanya. Tapi dia mendengar jumlahnya lebih banyak lagi.

"Kami berusaha saling menguatkan. Ada hari-hari di mana kami tidak percaya bahwa ini benar-benar terjadi. Ini terasa seperti kami dibawa ke Abad ke-16 dari Abad ke-21," kata Volodymyr.

Dua minggu ditahan, pada 7 April, Volodymyr dibawa dari penjara. Dia dan tiga perempuan warga Ukraina dari pusat tahanan berbeda diterbangkan ke Krimea, yang dicaplok Rusia dari Ukraina pada 2014.

Baca juga: Ukraina Ungkap 10 Tentara Rusia Diduga Terlibat dalam Kekejaman Warga Sipil di Bucha

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com