Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari Separuh Populasi AS Pernah Terinfeksi Covid-19

Kompas.com - 27/04/2022, 09:15 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Menyusul rekor lonjakan kasus Covid-19 selama gelombang Omicron, sekitar 58 persen dari populasi AS secara keseluruhan telah terinfeksi virus corona sejak awal pandemi.

Laporan tersebut dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Selasa (26/4/2022) berdasarkan survei darah secara nasional.

Laporan tersebut menandai pertama kalinya di mana lebih dari setengah populasi AS telah terinfeksi virus SARS-CoV-2 setidaknya sekali.

Baca juga: Singapura Hampir Kembali ke Masa Sebelum Covid-19 Usai Relaksasi Besar-besaran

Dilansir Reuters, laporan tersebut juga menawarkan pandangan rinci tentang dampak dari lonjakan Omicron di AS.

Sebelum Omicron muncul di AS pada Desember 2021, sepertiga populasi AS terbukti terinfeksi SARS-CoV-2 sebelumnya.

Omicron mendorong infeksi di setiap kelompok umur. Tetapi, anak-anak dan remaja memiliki tingkat infeksi tertinggi. Sementara orang berusia 65 tahun ke atas memiliki tingkat infeksi terendah.

Selama periode Desember 2021 hingga Februari 2022, ketika kasus Omicron berkecamuk di AS, 75,2 persen anak-anak berusia 11 tahun ke bawah memiliki antibodi terkait infeksi dalam darah mereka.

Baca juga: Korea Utara Tetap Tak Vaksin Warganya hingga 2 Tahun Pandemi Covid-19, Apa Sebabnya?

Dalam studinya, para ilmuwan mencari antibodi spesifik yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap virus SARS-CoV-2 yang hanya ada setelah infeksi dan tidak dihasilkan oleh vaksin Covid-19.

Jejak antibodi ini tetap bertahan di dalam darah selama dua tahun.

“Memiliki antibodi yang muncul akibat infeksi tidak selalu berarti Anda terlindungi dari infeksi di masa depan,” kata Kristie Clarke dari CDC selama briefing media.

“Kami tidak melihat apakah orang memiliki tingkat antibodi yang memberikan perlindungan terhadap infeksi ulang atau penyakit parah,” sambung Clarke.

Baca juga: Kepulauan Cook Mencatat Kematian Covid-19 Pertama Setelah 2 Tahun Bebas Corona

Di sisi lain, infeksi Covid-19 di AS sedang meningkat. Direktur CDC Rochelle Walensky mengatakan kepada wartawan bahwa jumlah kasus naik 22,7 persen dalam sepekan terakhir menjadi 44.000 per hari.

Kasus rawat inap juga naik untuk pekan kedua berturut-turut yakni naik 6,6 persen, sebagian besar didorong oleh subvarian Omicron.

Sementara itu, kematian akibat Covid-19 turun 13,2 persen dari pekan ke pekan.

Di beberapa negara bagian yang memiliki penyebaran Covid-19 tinggi, CDC merekomendasikan orang untuk memakai masker di tempat umum di dalam ruangan.

Baca juga: Singapura Cabut Sebagian Besar Pembatasan Covid-19 Minggu Depan, Tak Lagi Lacak Kontak Lewat Aplikasi

Walensky mengatakan, CDC terus merekomendasikan penggunaan masker di transportasi umum dan dalam ruangan.

Dia juga menekankan bahwa vaksinasi tetap menjadi strategi teraman untuk mencegah komplikasi dari Covid-19.

Lebih dari 66 persen populasi AS saat ini sepenuhnya sudah divaksinasi terhadap dan hampir 46 persen sudah menerima dosis booster.

Baca juga: Demi Covid-19 Turun, Shanghai Perketat Aturan Penguncian Tanpa Ampun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com