Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Tetap Tak Vaksin Warganya hingga 2 Tahun Pandemi Covid-19, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 26/04/2022, 16:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber ABC News

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara hingga bulan ini adalah satu dari hanya dua negara, bersama dengan Eritrea, yang belum memberikan vaksin Covid-19 kepada warganya.

Kondisi itu terjadi meskipun sudah ada upaya internasional yang berkelanjutan untuk memasok negara yang sangat tertutup itu dengan vaksin.

Baca juga: Korea Utara Bersumpah Akan Tingkatkan Persenjataan Nuklirnya

Pyongyang tahun lalu menolak hampir dua juta dosis vaksin AstraZeneca, dan hampir tiga juta dosis vaksin Sinovac yang ditawarkan oleh program Covax internasional.

Pemerintah Kim Jong Un malah meminta agar vaksin Sinovac dari China dialokasikan kembali ke negara-negara yang terkena dampak parah.

Hampir 250.000 dosis vaksin Novavax yang dialokasikan untuk Korea Utara oleh Covax juga dibatalkan awal tahun ini, tampaknya karena kurangnya tanggapan dari Pyongyang.

Para ahli mengatakan bahwa ketidakpuasan Pyongyang dengan jumlah dan jenis vaksin yang ditawarkan kemungkinan mendorong mereka untuk menolak pengiriman.

Vaksin yang ditawarkan ke Korea Utara sejauh ini kebanyakan dari AstraZeneca dan Sinovac. Apa yang diinginkan Pyongyang adalah vaksin buatan AS, seperti dari Pfizer,” kata Lee Wootae direktur dan peneliti di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional kepada ABC News dilansir pada Senin (25/4/2022).

Baca juga: Sesumbar Korea Utara: Tak Terkalahkan dan Bisa Menang Perang Apa pun

Pakar lain mengemukakan bahwa Korea Utara menolak tawaran vaksin karena tidak memenuhi jumlah yang diinginkan rezim yang terisolasi.

“Tidak mengherankan bagi Pyongyang jika berpikir memberikan dosis kecil hanya akan akan berdampak kecil,” kata Shin Young-jeon, profesor di Hanyang University College of Medicine.

Beberapa meyakini keengganan Pyongyang terutama dipengaruhi oleh penilaian politik.

Kepada ABC News, Profesor di The Institute for Far Studi Timur di Universitas Kyungnam Lim Eul Chul menilai pesan bahwa Korea Utara mengatasi krisis medis dengan bantuan vaksin buatan AS, akan sulit dibenarkan oleh rezim Kim Jong Un, mengingat sikap kritisnya terhadap AS.

Rezim yang sangat tertutup itu menurutnya juga mungkin mempermasalahkan kemungkinan pengawasan internasional.

Baca juga: 4 Rudal Baru Korea Utara yang Terlarang, Semua Bisa Tempuh Ribuan Kilometer

Syarat untuk menerima vaksin mungkin bukan prospek yang nyaman bagi Pyongyang, mengingat keadaan negara yang tertutup total.

“Agar Pyongyang menerima tawaran vaksin, itu harus menjamin rencana distribusi vaksin yang transparan. Ini berarti membiarkan pemantau internasional masuk ke negara itu dan membiarkan mereka mengganggu bagaimana vaksin didistribusikan, dan kepada siapa,” tambah Lim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber ABC News
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com