Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Indonesia Mau Beli Minyak Rusia Saat Negara Lain Melarang?

Kompas.com - 04/04/2022, 17:05 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah mengeluarkan ancaman akan menghentikan pasokan gas ke negara-negara yang "tidak bersahabat" jika mereka tidak membayar impor gas dalam mata uang rubel Rusia.

Ancaman itu muncul setelah Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris memberlakukan pembatasan impor minyak dan gas dari Rusia akibat invasinya ke Ukraina Februari lalu.

Di tengah upaya negara-negara yang membatasi hingga menghentikan impor energi dari Rusia, Indonesia, melalui perusahaan BUMN Pertamina, berencana membeli minyak mentah dari Rusia yang harganya lebih murah dari pasar internasional.

Baca juga: Rencana Pertamina Beli Minyak Mentah dari Rusia Disorot Media Asing

Kementrian Luar Negeri RI menegaskan, Indonesia bebas bekerja sama dengan negara mana pun, termasuk Rusia - kecuali ada sanksi yang diatur Dewan Keamanan PBB.

Rencana Pertamina beli minyak Rusia

Sementara di Indonesia, beberapa waktu lalu Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dalam rapat dengan Komisi VI DPR, mengatakan perusahan energi plat merah itu berencana membeli minyak mentah dari Rusia yang akan diolah di Kilang Balongan.

Nicke menambahkan, saat ini Pertamina tengah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia untuk memastikan proses pembelian ini tidak menyebabkan permasalahan politis.

"Kami melihat ada peluang untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik," kata Nicke seperti dikutip Reuters.

Sedangkan Kementerian Luar Negeri RI, melalui juru bicaranya Teuku Faizasyah menegaskan, Indonesia bebas menjalin kerja sama bidang ekonomi dan lainnya dengan negara manapun.

Indonesia akan mematuhi larangan atau sanksi internasional jika diatur oleh Dewan Keamanan PBB.

"Indonesia tidak pernah mengikuti ajakan sanksi yang diberlakukan unilateral oleh pihak tertentu," kata Faizasyah dalam konferensi pers Kamis (31/03) seperti dikutip Kompas.

Sanksi Barat untuk minyak dan gas Rusia

AS telah mengumumkan larangan penuh atas impor minyak, gas, dan batu bara dari Rusia.

Sementara, sekutunya, Inggris akan menghentikan pasokan minyak dari Rusia pada akhir tahun ini, dan Uni Eropa tengah mengurangi impor gas dari Rusia hingga dua pertiganya.

Pemerintah Inggris mengatakan, langkah itu memberikan cukup waktu untuk mencari pasokan energi alternatif.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, upaya negara-negara yang menolak minyak dari Rusia akan menyebabkan "bencana bagi pasar global".

Harga minyak dan gas dunia telah meningkat sejak invasi ke Ukraina, dan jika Rusia menghentikan ekspor, harga energi tak terbarukan itu bisa meroket tajam.

Baca juga: Rusia Tetapkan Negara yang Dianggap Tak Bersahabat, Ini Daftarnya

Apa yang akan terjadi jika gas Rusia berhenti mengalir ke Eropa?

Biaya pemanas ruangan--yang sudah tinggi--akan meningkat lebih tajam lagi.

Hal itu disebabkan karena gas Rusia menyumbang sekitar 40 persen impor gas alam Uni Eropa yang sebagian besar digunakan untuk pemanas ruangan.

Jika sumber energi ini "mengering" maka negara yang paling sangat rentan adalah Italia dan Jerman.

Daftar negara tujuan ekspor gas Rusia.BBC INDONESIA Daftar negara tujuan ekspor gas Rusia.
Memang, negara-negara Eropa dapat beralih ke eksportir gas yang lain seperti Qatar, Aljazair atau Nigeria, tetapi terdapat hambatan-hambatan praktis untuk memperluas produksi dengan cepat.

Rusia hanya menyediakan sekitar 5 persen dari penggunaan gas di Inggris, dan AS tidak mengimpor gas Rusia.

Grafik perubahan harga gas dunia.BBC INDONESIA Grafik perubahan harga gas dunia.
Harga gas di Eropa, Inggris (dan pada tingkat lebih rendah, AS) melonjak secara signifikan setelah invasi, karena kekhawatiran akan kekurangan pasokan, meskipun kemudian turun kembali.

Baca juga: Putin ke Eropa: Bayar dengan Rubel Mulai 1 April atau Pasokan Gas Dihentikan

Bisakah alternatifnya ditemukan?

AS telah setuju untuk mengirimkan tambahan 15 miliar meter kubik gas alam cair (LNG) ke Eropa pada akhir tahun ini.

Tujuannya, untuk memenuhi kebutuhan 50 miliar meter kubik per tahun gas tambahan hingga setidaknya tahun 2030.

Namun analis riset kebijakan energi Ben McWilliams mengatakan, tidak mudah untuk mengganti gas yang mengalir dari Rusia.

"Lebih sulit untuk mengganti gas karena kami memiliki pipa besar yang membawa gas Rusia ke Eropa," kata McWilliams.

Eropa juga dapat meningkatkan penggunaan sumber energi lain, tetapi untuk melakukan itu tidak cepat atau mudah.

Uni Eropa berupaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan secara besar-besaran, termasuk tenaga angin.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Uni Eropa berupaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan secara besar-besaran, termasuk tenaga angin.
"Membangun dan memproduksi energi terbarukan membutuhkan waktu sehingga dalam jangka pendek ini bukan solusi," kata analis riset Simone Tagliapietra.

"Jadi untuk musim dingin mendatang--yang bisa membuat perbedaan adalah pergantian bahan bakar seperti membuka pembangkit listrik tenaga batu bara, seperti yang direncanakan Italia dan Jerman jika terjadi keadaan darurat."

Uni Eropa telah mengusulkan rencana untuk membuat Eropa independen dari bahan bakar fosil Rusia sebelum 2030--termasuk langkah-langkah untuk mendiversifikasi pasokan gas dan mengganti gas sebagai sumber pembangkit listrik dan pemanas.

Berapa banyak minyak yang diekspor Rusia?

Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga di dunia, di belakang AS dan Arab Saudi.

Dari sekitar lima juta barel minyak mentah yang diekspor Rusia setiap hari, lebih dari setengahnya dikirim ke Eropa.

Impor Rusia menyumbang 8 persen dari total permintaan minyak Inggris.

Sementara, AS kurang bergantung pada minyak Rusia, karena hanya sekitar 3 persen minyak impornya berasal dari Rusia pada tahun 2020.

Baca juga: Kremlin: Embargo Minyak Rusia akan Memukul Eropa, Bukan AS

BBC INDONESIA 10 produsen minyak terbesar
Bagaimana dengan suplai minyak alternatif?

McWilliams mengatakan seharusnya lebih mudah menemukan pemasok alternatif untuk minyak daripada gas, karena selain berasal dari Rusia, "ada juga banyak pengiriman dari tempat (negara) lain".

Seperti yang dilakukan Amerika Serikat. Presiden Joe Biden telah memerintahkan pelepasan besar-besaran minyak dari cadangan strategis mereka dalam upaya untuk menurunkan biaya bahan bakar yang tinggi.

AS juga telah meminta Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyaknya, walaupun permohonan itu telah ditolak sebelumnya.

Arab Saudi adalah produsen terbesar di OPEC, organisasi pengekspor minyak yang menyumbang sekitar 60 persen perdagangan internasional. Karena itu OPEC memiliki peran kunci dalam memengaruhi harga minyak.

Sejauh ini, tidak ada anggota OPEC yang menyetujui permintaan apa pun untuk meningkatkan produksi.

Rusia bukan bagian dari OPEC, tetapi telah bekerja dengannya sejak 2017 untuk membatasi produksi minyak, guna mempertahankan harga dan pendapatan para produsen minyak.

AS juga tengah mempertimbangkan upaya untuk melonggarkan sanksi minyak ke Venezuela, yang dulunya merupakan pemasok minyak utama bagi AS. Tetapi baru-baru ini, Venezuela telah menjual sebagian besar minyaknya ke China.

Baca juga: Daftar Negara yang Membeli Minyak Rusia, Konsumen Terbesar Ada di Asia

Bagaimana tagihan pemanas rumah?

Konsumen di dunia, khususnya Eropa, akan ada yang tengah menghadapi kenaikan biaya energi dan bahan bakar sebagai akibat dari perang di Ukraina.

Di Inggris, tagihan energi rumah tangga kini telah dikendalikan oleh aturan batas atas harga energi.

Tetapi tagihan akan naik 700 pounda menjadi sekitar 2.000 pounda (Rp 38 juta) pada bulan April ketika tarif batas atasnya dinaikkan. Bahkan, mungkin bisa mencapai sekitar Rp 56,5 juta (3.000 pounds) ketika batasan harga itu meningkat lagi pada musim gugur ini.

Harga bensin dan solar Inggris juga melonjak, dan pemerintah sekarang mengumumkan pemotongan bea bahan bakar untuk mengendalikan harga di pasar.

Tagihan pemanas akan meningkat tajam tahun ini di Inggris.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Tagihan pemanas akan meningkat tajam tahun ini di Inggris.
"Saya pikir jika kita berada di dunia di mana minyak dan gas Rusia berhenti mengalir ke Eropa, maka kita akan membutuhkan aturan penjatahan konsumsi," kata McWilliams.

"Yang menjadi fokus sekarang adalah, bisakah kita memberi tahu rumah tangga untuk menurunkan termostat mereka satu derajat, sehingga dapat menghemat banyak bahan bakar."

Baca juga: Dampak Invasi ke Ukraina, Rusia Mulai Susah Cari Pembeli Minyak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com