MOSKWA, KOMPAS.com - Jumlah gas yang mengalir ke Eropa dari Rusia mencapai level tertinggi dalam empat bulan pada Jumat (1/4/2022).
Kremlin sebelumnya mengeluarkan ancaman untuk menghentikan semua pasokan ke negara-negara "tidak bersahabat", yang berpotensi mendatangkan malapetaka.
Baca juga: Putin ke Eropa: Bayar dengan Rubel Mulai 1 April atau Pasokan Gas Dihentikan
Namun ancaman itu tampaknya tak segera aktif pada Jumat (1/4/2022), yang menandai batas waktu bagi negara-negara di Uni Eropa dan di tempat lain untuk mulai membayar gas mereka dalam rubel.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengatakan Rusia bisa mematikan keran pasokan gas ke Eropa, dan memicu kekurangan energi yang meluas di benua biru itu, mengutip pelanggaran kontrak.
Putin menuntut agar importir gas Rusia di Eropa berhenti membayar dalam dollar dan euro. Sebaliknya, mereka harus membuka rekening rubel di bank-bank Rusia, untuk menopang mata uang negara yang sedang kesulitan akibat sanksi atas serangan Rusia ke Ukraina.
Akan tetapi, Kremlin tampaknya membiarkan pintu terbuka untuk kompromi terakhir, dengan mengatakan bahwa Rusia tidak akan menghentikan semua pasokan segera pada Jumat (1/4/2022). Sebab, pembayaran atas pengiriman yang jatuh tempo setelah 1 April tidak akan dilakukan hingga akhir Mei.
Baca juga: AS dan Uni Eropa Bentuk Gugus Tugas untuk Hentikan Ketergantungan Eropa dari Gas Rusia
Sekitar 60 persen dari impor gas ke Eropa saat ini dibayar dalam euro, dan sisanya dalam dollar.
Pakar energi meyakini kemungkinan Rusia dan Uni Eropa akan mencapai semacam kesepakatan, yang memungkinkan Klien di negara-negara seperti Perancis dan Jerman terus membayar gas Rusia dalam euro dan Gazprom mengubahnya menjadi rubel di Rusia.
"Kepentingan kedua belah pihak adalah untuk menghindari penghentian total aliran (gas Rusia)," kata Leon Izbicki, seorang analis gas alam di Energy Aspects dilansir dari Sky News.
"Eropa perlu menerapkan penjatahan gas, yang akan memiliki konsekuensi besar dan menyebabkan penutupan industri, sementara Rusia akan kehilangan aliran pendapatan lainnya."
Tetapi Gazprom bersikeras pada Jumat (1/4/2022) bahwa pihaknya akan melanjutkan langkah Kremlin tersebut, dan telah mulai mengirim permintaan pengalihan pembayaran ke rubel kepada kliennya.
Baca juga: Ukraina Terkini: Sistem Pertahanan Gagalkan Serangan Rudal Rusia di Odessa
Sementara itu, juru bicara Kremlin mengatakan bahwa perintah Putin untuk menerima pembayaran gas dalam rubel tidak dapat diubah.
“Risiko keseluruhan dari penutupan total lebih rendah menurut pendapat kami,” kata Izbicki, menunjuk pada pengumuman Rusia pada Kamis (31/3/2022) bahwa mereka akan menerima pembayaran dalam dollar atau euro ke rekening mata uang khusus di Gazprombank.
Sanksi Uni Eropa secara khusus mengecualikan Gazprombank, meninggalkan ruang untuk menemukan kompromi.
Para ahli mengatakan pembayaran gas Rusia dalam rubel dapat menopang mata uang Rusia yang goyah dan mendukung nilai tukar, sambil memungkinkan Rusia untuk lebih mudah menavigasi sanksi.
Namun, itu dinilai tidak mungkin mengubah situasi ekonomi negara yang mengerikan secara dramatis.
Aliran gas harian dari Rusia ke Eropa melalui Ukraina mencapai level tertinggi pada Jumat (1/4/2022) sejak November, menurut data Bloomberg.
Baca juga: Turunkan Ketegangan Nuklir dengan Rusia, AS Batalkan Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.