KOMPAS.com - Pada 16 Maret, Paus Fransiskus mengadakan pertemuan video dengan Patriark Kirill, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia berusia 75 tahun sekaligus sekutu lama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kepala gereja Katolik itu memperingatkan Patriark agar tidak bersembunyi di balik agama untuk membenarkan agresi bersenjata dan penaklukan.
“Pada suatu waktu ada juga pembicaraan di gereja-gereja kami tentang perang suci atau perang yang adil,” kata Paus, menurut kantor pers Vatikan.
“Hari ini kita tidak bisa berbicara seperti ini,” ujarnya, dilansir Al Jazeera.
Baca juga: Perundingan Rusia-Ukraina di Turki Dimulai, Erdogan: Dunia Menunggu Kabar Baik
Sepuluh hari sebelumnya, dalam sebuah khotbah, Patriark Kirill tampaknya mendukung apa yang disebut "operasi penjaga perdamaian khusus" Moskwa.
“Kami telah memasuki perjuangan yang bukan fisik, tetapi signifikansi metafisik,” kata Patriark.
Dia menyebut pawai kebanggaan gay sebagai contoh dari apa yang orang luar coba paksakan pada orang-orang Donbas di Ukraina timur, yang atas nama Moskwa seolah-olah ikut campur.
“Dia mengungkapkan pandangannya bahwa di balik perang di Ukraina ada perbedaan spiritual antara Barat dan dunia Ortodoks, dan jelas baginya, yang terakhir lebih baik,” kata Thomas Bremer, yang mengajar Studi Gereja Timur di Universitas dari Munster di Jerman.
Baca juga: Mengapa Setelan Kosmonot Rusia Memakai Warna Bendera Ukraina?
“Jadi menurutnya, perang bukan tentang tujuan atau pengaruh politik, tetapi tentang spiritual, atau, seperti yang dia katakan, tujuan metafisik. Dengan demikian, ia memberikan sudut pandang resmi Rusia sebuah landasan teologis,” tambahnya.
Putin dan Patriark menikmati hubungan dekat. Patriark bahkan menggambarkan kemenangan pemilu 2012 Putin sebagai “keajaiban Tuhan”.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.