Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Lanka Krisis Kertas, Koran Setop Cetak, Paper Test Sekolah Dibatalkan

Kompas.com - 26/03/2022, 12:59 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

KOLOMBO, KOMPAS.com - Dua surat kabar utama Sri Lanka menangguhkan edisi cetak mereka karena kekurangan kertas pada Jumat (25/3/2022).

Penangguhan penerbitan ini jadi "korban" terbaru krisis ekonomi yang terjadi di sana.

Dilansir AFP, negara Asia Selatan berpenduduk 22 juta orang itu menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948.

Baca juga: Krisis Ekonomi Sri Lanka Memburuk, Warga Tewas Saat Antre Bahan Bakar Minyak

Cadangan devisa Sri Lanka bahkan mencapai titik terendah.

Surat Kabar Upali milik swasta mengatakan harian berbahasa Inggris mereka, The Island, dan "saudara perempuannya"versi Sinhala, Divaina, hanya akan tersedia online, "mengingat kekurangan kertas koran yang berlaku".

Harian nasional utama lainnya juga telah mengurangi halaman setelah biaya melonjak lebih dari sepertiga dalam lima bulan terakhir.

Mereka juga kesulitan mengamankan pasokan dari luar negeri.

Baca juga: Sri Lanka Batalkan Ujian Semester Sekolah karena Kehabisan Kertas

Paper test sekolah untuk hampir tiga juta dari 4,5 juta murid Sri Lanka ditunda tanpa batas waktu pekan lalu setelah pihak berwenang gagal menyediakan cukup kertas dan tinta.

Kekurangan dollar telah memicu kekurangan energi yang mempengaruhi semua sektor dan menyebabkan meroketnya harga dengan inflasi pada rekor 17,5 persen pada Februari, tertinggi bulanan kelima berturut-turut.

Pengendara harus mengantri di pompa bensin dan setidaknya empat orang tewas dalam sepekan terakhir saat menunggu berjam-jam untuk mengisi bensin.

Pejabat kementerian energi mengatakan mereka berhasil mengumpulkan 42 juta dollar pada hari Jumat untuk membayar kargo solar dan bahan bakar penerbangan yang tertahan di pelabuhan Kolombo selama hampir dua minggu karena tidak ada biaya untuk membayarnya.

Awal bulan ini, pemerintah membiarkan rupee terdepresiasi dan mengumumkan akan mencari dana talangan IMF untuk merestrukturisasi utang luar negerinya.

Baca juga: Muslim di Sri Lanka Dihantui Diskriminasi dan Kekerasan, Dijadikan Musuh Baru Pasca-perang

Sri Lanka membutuhkan hampir 7 miliar dollar AS untuk membayar utang luar negerinya tahun ini.

Sementara cadangan devisa negara itu telah mencapai 2,3 miliar, turun dari 7,5 miliar dollar AS ketika pemerintah saat ini berkuasa pada November 2019.

Pulau ini juga mencari lebih banyak pinjaman dari India, China dan negara-negara lain untuk mengatasi krisis mata uangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com