Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 23/03/2022, 21:00 WIB

KOMPAS.com - Dalam sebulan konflik di Ukraina, harga minyak global melonjak, perusahaan asing telah keluar dari Rusia dan Moskwa menghadapi momok sanksi yang kian mengerikan.

Dilansir dari AFP, berikut adalah dampak ekonomi dari invasi Rusia yang dimulai pada 24 Februari. Sebulan invasi, dan kian mengubrak-abrik ekonomi global.

Baca juga: Zelensky Minta Jepang Tingkatkan Tekanan Sanksi terhadap Rusia

1. Komoditas Melambung

Harga minyak dan gas telah melonjak akibat kekhawatiran pasokan karena Rusia adalah salah satu produsen dan pengekspor bahan bakar fosil terbesar di dunia.

Minyak mentah Brent North Sea, patokan internasional, berdiri di sekitar 90 dollar AS pada Februari.

Pada 7 Maret, melonjak ke 139,13 dollar AS mendekati level tertinggi 14 tahun dan harga tetap sangat fluktuatif.

Harga yang naik mendorong pemerintah negara-negara di dunia mengambil langkah-langkah untuk meringankan kesulitan keuangan bagi konsumen.

Mulai PPN yang lebih rendah di Swedia, batas harga di Hongaria, atau diskon di Perancis.

Baca juga: Zelensky Kecam PBB di Hadapan Parlemen Jepang: PBB Tidak Berfungsi, Gagal Atasi Konflik

Harga gas juga meroket, dengan referensi Eropa TTF Belanda melonjak ke level tertinggi sepanjang masa di 345 euro pada 7 Maret.

Komoditas lain yang diproduksi secara besar-besaran di Rusia telah melonjak, termasuk nikel dan aluminium.

Rantai pasokan industri otomotif juga menghadapi gangguan karena suku cadang utama berasal dari Ukraina.

Baca juga: Belarus, Sekutu Utama Rusia, Akankah Ikut Terjunkan Pasukan ke Ukraina?

2. Ancaman Makanan

Sekjen PBB Antonio Guterres telah memperingatkan bahwa konflik dapat bergema jauh di luar Ukraina, menyebabkan "badai kelaparan dan kehancuran sistem pangan global".

Rusia dan Ukraina adalah lumbung pangan dunia, menyumbang 30 persen dari ekspor gandum global.

Harga sereal dan minyak goreng telah meningkat.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mengatakan jumlah orang yang kekurangan gizi dapat meningkat delapan hingga 13 juta orang selama tahun ini dan tahun depan.

Amerika Serikat, India dan Eropa dapat menutupi kekurangan gandum. Tapi bisa lebih rumit untuk menggantikan minyak bunga matahari dan jagung, yang masing-masing jadi barang eksportir nomor satu dan empat dunia di Ukraina.

Baca juga: Rusia Tuduh AS dan Jerman Berperan dalam “Penelitian Berbahaya” di Laboratorium Biologi Ukraina

3. Pasar Saham Terguncang

Perang telah membawa volatilitas ke pasar sementara bursa saham Moskwa ditutup selama tiga minggu dan hanya dibuka kembali sebagian pada hari Senin.

Sanksi Barat telah melumpuhkan sektor perbankan dan sistem keuangan Rusia, sementara rubel telah runtuh.

Langkah-langkah tersebut termasuk upaya untuk membekukan 300 miliar dollar AS cadangan mata uang asing Rusia yang disimpan di luar negeri.

Rusia sekarang menghadapi risiko gagal bayar utang untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Moskwa membayar bunga atas dua obligasi berdenominasi dolar pekan lalu, memberi pemerintah ruang bernapas sampai pembayaran utang berikutnya dalam beberapa minggu mendatang.

Baca juga: China Sebut Rusia adalah Anggota G20 yang Penting dan Tak Bisa Diusir oleh Negara Lain

4. Perusahaan Melarikan Diri

Ratusan perusahaan Barat telah menutup toko dan kantor di Rusia sejak perang dimulai. Ini karena sanksi, tekanan politik atau opini publik.

Daftar tersebut mencakup nama-nama terkenal seperti Ikea, Coca-Cola dan McDonald's.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengangkat ancaman nasionalisasi perusahaan milik asing.

Beberapa perusahaan telah memilih untuk tinggal di Rusia, dengan alasan tanggung jawab sosial mereka untuk tidak meninggalkan karyawan lokal mereka dan merampas barang-barang penting penduduk.

Baca juga: Rusia Tantang NATO Perang jika Sampai Kirim Pasukan Perdamaian ke Ukraina

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5. Pertumbuhan Ekonomi Lebih Lambat

Perang mengancam akan menjadi penghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid.

OECD telah memperingatkan bahwa konflik tersebut dapat menimbulkan pukulan satu persen pada pertumbuhan global.

IMF diperkirakan akan menurunkan perkiraan pertumbuhannya, yang saat ini berada di 4,4 persen untuk tahun 2022.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+