MOSKWA, KOMPAS.com - Sejumlah warga Rusia dilaporkan panic buying memburu gula dan soba, akibat dampak sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.
Wakil Perdana Menteri Rusia Viktoria Abramchenko kemudian mencoba menenangkan rakyat dengan mengatakan, negara masih memiliki banyak stok gula dan soba.
Ia juga mendesak masyarakat untuk tidak panik membeli makanan pokok.
Russians standing in long lines in Saratov today in an attempt to panic-buy sugar.
We are just getting started Russia. More sanctions are coming. pic.twitter.com/YmpRM3xrlk
— Visegrád 24 (@visegrad24) March 19, 2022
Baca juga: Zelensky Bersikeras Ingin Bertemu dengan Putin untuk Akhiri Perang
Respons terkoordinasi Amerika Serikat dan Uni Eropa atas perang Rusia Ukraina menjadikan Rusia negara yang paling terkena sanksi di dunia, membuat mata uang rubel jatuh bebas dan mempercepat inflasi yang sudah meningkat.
Sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya ini kemudian memicu keributan di supermarket.
Warga Rusia membeli banyak bahan penting yang tahan lama seperti soba, biji-bijian panggang populer yang dapat dimakan sebagai makanan pendamping atau hidangan utama.
"Saya ingin menenangkan warga kami: kami sepenuhnya mandiri dalam hal gula dan soba," kata Abramchenko dalam sambutan pertemuan pemerintah yang disiarkan di televisi.
"Tidak perlu panic-buy barang-barang ini. Cukup untuk semua orang. Panic-buying hanya membuat jaringan distribusi tidak stabil," lanjutnya dikutip dari AFP.
Baca juga: Mantan Direktur CIA Terkejut Lihat “Profesionalisme” Militer Rusia dalam Serangan ke Ukraina
Foto-foto rak kosong dan orang Rusia yang mengantre untuk membeli gula beredar di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Any sugar???????????????? pic.twitter.com/GodDoccs9d
— Marcin S (@MarcinSto__) March 20, 2022
Abramchenko mengatakan, Rusia tahun ini berencana menanam lebih banyak gula bit dan soba.
"Ini berarti bahwa panen baru akan memastikan ketersediaan gula dan soba di rak-rak toko, dan pembuat manisan serta pembuat roti Rusia akan kebagian jumlah gula yang diperlukan," tambah Abramchenko.
Dia juga menyebut tidak ada kekurangan pangan di Rusia, menambahkan bahwa pihak berwenang akan meningkatkan impor pasokan dari negara-negara sahabat.
Pada 24 Februari Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina, memicu sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia dan memicu eksodus perusahaan asing termasuk H&M, McDonald's, dan IKEA.
Para pejabat di Moskwa berusaha mengecilkan beratnya hukuman Barat, dengan menjanjikan bahwa Rusia akan beradaptasi. Putin mengatakan, Rusia akan dari krisis dengan lebih kuat.
Baca juga: Kremlin: Embargo Minyak Rusia akan Memukul Eropa, Bukan AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.