Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yoon Suk Yeol, Presiden Baru Korea Selatan Berjuluk Trump Versi Korsel

Kompas.com - 13/03/2022, 14:03 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

SEOUL, KOMPAS.COM – Presiden baru Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol adalah sosok baru di kancah perpolitikan "Negeri Ginseng”.

Yoon Suk Yeol akan menjadi presiden pertama di Korsel yang sama sekali tidak memiliki pengalaman politik.

Posisi terakhir Yoon Suk Yeol adalah Jaksa Agung yang ditunjuk langsung oleh presiden.

Baca juga: Hasil Pilpres Korea Selatan: Mantan Jaksa Yoon Suk Yeol Menang Jadi Presiden Selanjutnya

Latar belakang ini ditambah sosok outsider-nya serta sejumlah pernyataan kontroversial yang kerap dilontarkannya, membuat Yoon Suk Yeol kerap dibandingkan dengan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Kesamaan Yoon Suk Yeol dan Donald Trump

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpidato di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) di Hotel Hyatt Regency, Orlando, Florida, Minggu (28/2/2021)GETTY IMAGES NORTH AMERICA via AFP/JOE RAEDLE Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpidato di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) di Hotel Hyatt Regency, Orlando, Florida, Minggu (28/2/2021)
Sama halnya seperti Donald Trump, nama Yoon Suk Yeol melesat karena bukan bagian dari sistem politik yang berakar urat di Korsel.

Rakyat Korsel yang jenuh dan muak dengan para politisi terpikat dengan sosok Yoon Suk Yeol yang menjadi alternatif politik di tengah dahaga politik akan sosok baru.

Trump dan Yoon Suk Yeol sama-sama mewakili ideologi konservatif. Kedua politisi ini tidak segan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu kontroversi.

Yoon Suk Yeol menjadi sorotan setelah berkali-kali menyampaikan posisi politik yang mengernyitkan dahi publik termasuk pendukungnya.

Jaksa berusia 61 tahun itu sempat blunder dengan berkata, rakyat Korsel yang miskin sebaiknya mengonsumsi makanan yang berkualitas lebih rendah karena harganya terjangkau.

Yoon Suk Yeol juga pernah menuai kritik pedas dari kaum liberal setelah menyatakan, gerakan feminis adalah penyebab utama rendahnya angka kelahiran di Korsel.

Suami Kim Kun-hee ini bahkan mengatakan, perempuan Korsel tidak mengalami diskriminasi sistematis lalu berjanji akan menghapuskan Kementerian Wanita dan Persamaan Gender.

Korsel yang memiliki budaya patriarki kuat selalu menduduki urutan terendah dalam isu persamaan gender.

Baca juga: Exit Poll Pilpres Korea Selatan, Yoon Suk Yeol Unggul 0,6 Poin dari Lee Jae Myung

Namun kontroversi-kontroversi itu tidak membuat Yoon Suk Yeol kehilangan dukungan. Malahan seperti Donald Trump, pendukung Yoon terutama pemilih muda pria semakin berapi-api mendukungnya.

Hasil pilpres Korsel 2022 menunjukan 58,7 persen pemilih pria berusia 20-an memilihYoon Suk Yeol. Sebaliknya, 58 persen pemilih perempuan berusia 20-an memilih rivalnya yaitu mantan gubernur Gyeonggi, Lee Jae Myung.

Yoon Suk Yeol, kandidat presiden dari oposisi utama People Power Party, yang terpilih sebagai presiden baru Korea Selatan pada 10 Maret 2022, memegang buket bunga saat dia diberi ucapan selamat oleh para anggota partai dan anggota parlemen di Majelis Nasional di Seoul, Korea Selatan, Kamis (10/3/2022).AP PHOTO/LEE JIN MAN Yoon Suk Yeol, kandidat presiden dari oposisi utama People Power Party, yang terpilih sebagai presiden baru Korea Selatan pada 10 Maret 2022, memegang buket bunga saat dia diberi ucapan selamat oleh para anggota partai dan anggota parlemen di Majelis Nasional di Seoul, Korea Selatan, Kamis (10/3/2022).
Baik Yoon Suk Yeol dan Trump berhasil memobilisasi pendukung mereka, salah satunya dengan menggencarkan isu perang gender. Menurut keduanya, gerakan sayap kiri liberal feminis mengancam masa depan negara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com