Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Indonesia “Yes” dan India “Abstain”

Kompas.com - 07/03/2022, 15:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tetapi, India memilih abstain ketika PBB menyerukan agar Rusia menghentikan pelanggarannya terhadap wilayah dan kedaulatan Ukraina.

Bagi New Delhi, yang penting adalah menghindari mengutuk atau menyerukan Rusia keluar dari Ukraina.

India dan Rusia memiliki hubungan boleh dikatakan istimewa. Sejak Perang Dingin, New Delhi terus mempertahankan kemitraan yang andal dengan Moskwa yang berlanjut hingga hari ini.

Tahun 2021 diperingati 50 tahun Perjanjian Indo-Soviet tentang Perdamaian yang ditandatangani pada tahun 1971, serta peringatan 20 tahun Kemitraan Strategis Khusus dan Keistimewaan mereka.

Dalam KTT terbaru mereka menyatakan: “Kemitraan untuk Perdamaian, Kemajuan dan Kemakmuran”, mencakup berbagai masalah dan nota kesepahaman mulai dari perdagangan, kesehatan, pemerintahan dan pendidikan hingga militer dan multilateralisme. (Zheng Haiqi dan Claudia Chia, 2021).

Dengan latar belakang persaingan Amerika Serikat (AS)-Cina yang semakin meningkat, hubungan India-Rusia menjadi lebih terjalin dengan dua kekuatan saingan, menghasilkan situasi di mana teman-teman terdekat mereka terikat dengan musuh paling mematikan mereka.

Tujuan utama geopolitik India difokuskan untuk mencapai keseimbangan antara Washington dan Moskwa.

Tetapi dalam menghadapi dominasi China yang semakin besar, India tidak dapat lagi mengabaikan realitas kartografis yang hidup berdampingan dengan hegemon potensial.

Rusia adalah mitra yang dapat diandalkan di mana India dapat bergantung di kawasan ini.
Kerja sama pertahanan merupakan pilar penting kemitraan strategis India-Rusia.

Hal ini berpedoman pada program Kerjasama Teknik Militer yang ditandatangani antara kedua negara.

Hal ini menegaskan minat kedua pemerintah untuk lebih mengembangkan dan memperkuat kerja sama militer dan teknis di bidang penelitian dan pengembangan, produksi dan dukungan purna jual sistem persenjataan dan berbagai peralatan militer (Neeraj Singh Manhas, 2020).

Kedua belah pihak juga melakukan pertukaran personel angkatan bersenjata dan latihan militer secara berkala.

Mereka memiliki proyek bilateral termasuk produksi dalam negeri tank T-90 dan pesawat Su-30 MKI, pasokan pesawat MiG-29 K dan helikopter Kamov-31 dan Mi-17, pasokan Multi-Barrel Rocket Launcher Smerch, juga rudal antibalistik S-300.

Rusia adalah mitra penting dalam penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Selain itu, Rusia juga mengakui India sebagai negara dengan teknologi nuklir canggih dengan catatan non-proliferasi yang sempurna.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir KudanKulam (KKNPP) unit 1 dan 2 (VVER 1000MW) merupakan contoh kerja sama yang baik antara India dan Rusia.

KKNPP Unit 1 mulai beroperasi pada Juli 2013 dan mencapai kapasitas pembangkitan penuh pada 7 Juni 2014 sedangkan Unit 2 dalam tahap konstruksi lanjutan.

Kerja sama seperti itu—juga dalam bidang-bidang yang lain—kiranya menjadi latar belakang mengapa India yang walaupun menyatakan “menjaga keseimbangan” memilih abstain terhadap resolusi baik di DK maupun MU PBB.

Sementara itu, Indonesia yang memegang prinsip seperti India—“restraint,” (pengendalian) “de-escalation,” (de-eskalasi) dan “diplomatic dialogue” (dialog diplomatik), mengutamakan kemanusiaan—mendukung resolusi.

Sebab, Indonesia ingin bertindak lebih nyata, dan riil, sesuai dengan amanat Konstitusi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com