LONDON, KOMPAS.com - Subtipe BA.2 virus corona varian Omicron tampaknya memiliki keunggulan penularan yang jelas dibanding dengan tipe BA.1 yang saat ini mendominasi.
Hal itu diungkapkan UK Health Security Agency (UKHSA) atau badan keamanan kesehatan Inggirs pada Jumat (28/1/2022).
UKHSA mengungkapkan bahwa ada tingkat penularan yang tinggi dari BA.2 dibanding dengan BA.1 di seluruh wilayah Inggris, di mana terdapat cukup kasus untuk membandingkan keduanya, dan bahwa "keunggulan penularan yang jelas saat ini cukup besar".
Baca juga: Inggris Sebut Vaksin Booster Bisa Cegah Kematian akibat Omicron hingga 95 Persen
"Kita tahu bawa BA.2 memiliki tingkat penularan yang tinggi yang dapat dilihat di seluruh wilayah di Inggris," kata Kepala Penasehat Medis UKHSA Dr Susan Hopkins, sebagaimana diberitakan Reuters, Jumat malam.
UKSHA tersebut menegaskan tidak ada data mengenai tingkat keparahan BA.2 dibanding BA.1, namun pihaknya menegaskan bahwa evaluasi awal tidak menemukan perbedaan dalam efektivitas vaksin terhadap penyakit bergejala antara kedua subtipe Omicron.
Penyebaran cepat BA.1 memicu gelombang Omicron yang mendorong kasus di Inggris mencetak rekor pada Desember 2021, menggeser varian dominan sebelumnya, yakni Delta.
Namun, rawat inap tidak meningkat seperti sebelumnya berkat imunitas masyarakat melalui vaksinasi dan infeksi sebelumnya, serta tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah.
UKHSA mengatakan bahwa analisis terpisah membuktikan bahwa antara 24 November-19 Januari, mayoritas pasien Covid-19 ICU terinfeksi varian Delta, bahkan ketika Omicron merajalela dan mendominasi kasus.
Baca juga: Polisi London Bantah Tunda Penyelidikan Skandal Pesta PM Inggris Boris Johnson
UKHSA juga menemukan bahwa lonjakan kasus Omicron di panti wreda tidak ada kaitannya dengan lonjakan pasien baru di rumah sakit.
"Sejumlah temuan kami menunjukkan gelombang infeksi Omicron saat ini sepertinya tidak menjurus pada lonjakan besar penyakit parah di kalangan panti wreda karena cakupan tingkat vaksinasi yang tinggi dan atau imunitas alami," kata UKHSA.
UKHSA menegaskan bahwa temuan itu berdasarkan pada BA.1 karena terbatasnya jumlah kasus BA.2 dalam studi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.