Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib LGBT Afghanistan di Tengah Pemerintahan Taliban

Kompas.com - 28/01/2022, 20:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com – Lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) Afghanistan dan orang-orang yang tidak mematuhi norma-norma gender di sana menghadapi situasi yang semakin putus asa.

Mereka juga menghadapi ancaman serius terhadap keselamatan dan kehidupan mereka di bawah Taliban.

Human Rights Watch dan OutRight Action International mengatakan hal ini dalam sebuah laporan.

Baca juga: 17 Desember 1973: American Psychiatric Association Nyatakan LGBT Bukan Penyakit Mental

Laporan setebal 43 halaman ini didasarkan pada 60 wawancara dengan LGBT Afghanistan.

Banyak yang melaporkan bahwa anggota Taliban menyerang atau mengancam mereka karena orientasi seksual atau identitas gender mereka.

Lainnya melaporkan pelecehan dari anggota keluarga, tetangga, dan pasangan romantis yang sekarang mendukung Taliban.

Pelecehan ini terjadi karena pelaku  percaya bahwa mereka harus bertindak melawan orang-orang LGBT yang dekat dengan mereka untuk memastikan keselamatan mereka sendiri.

Beberapa korban pun melarikan diri dari rumah agar tak mendapat serangan anggota atau pendukung Taliban yang mengejar mereka.

Baca juga: Temui Perwakilan Barat di Norwegia, Taliban Minta Aset Dicairkan

Yang lain menyaksikan kehidupan yang telah mereka bangun dengan hati-hati selama bertahun-tahun menghilang dalam semalam.

Mereka lantas mendapati diri mereka kian berisiko menjadi sasaran kapan saja karena orientasi seksual atau identitas gender mereka.

“Kami berbicara dengan LGBT Afghanistan yang selamat dari pemerkosaan geng, serangan massa, atau telah diburu anggota keluarga mereka sendiri yang bergabung dengan Taliban, mereka tidak memiliki harapan bahwa lembaga negara akan melindungi mereka,” kata J Lester Feder, rekan senior untuk penelitian darurat di OutRight Action International.

“Bagi orang-orang LGBT yang ingin melarikan diri dari negara ini, tak punya pilihan. Sebagian besar tetangga Afghanistan juga mengkriminalisasi hubungan sesama jenis. Sulit untuk melebih-lebihkan betapa menghancurkan dan menakutkankembalinya kekuasaan Taliban bagi LGBT Afghanistan,” tambahnya.

Baca juga: Swiss Dukung LGBT Menikah dan Punya Anak, Ini Sikap LGBT Indonesia di Sana

Sebagian besar orang yang diwawancarai berada di Afghanistan, sementara yang lain telah melarikan diri ke negara-negara terdekat.

Selain mengkhawatirkan undang-undang negara-negara ini terhadap hubungan sesama jenis, orang yang diwawancarai di luar Afghanistan tidak memiliki status imigrasi yang layak, sehingga berisiko dideportasi.

Afghanistan adalah tempat yang berbahaya bagi orang-orang LGBT jauh sebelum Taliban mengambil alih kendali penuh negara itu pada 15 Agustus 2021.

Pada 2018, pemerintah Presiden Ashraf Ghani saat itu mengesahkan undang-undang yang secara eksplisit mengkriminalisasi hubungan seksual sesama jenis.

KUHP memasukkan bahasa yang tidak jelas yang secara luas ditafsirkan sebagai menjadikan hubungan sesama jenis sebagai tindak pidana.

Baca juga: [HOAKS] Video Taliban Menghancurkan Ribuan Ponsel di Afghanistan

Orang-orang LGBT yang diwawancarai telah mengalami banyak pelecehan karena orientasi seksual atau identitas gender mereka sebelum Taliban kembali berkuasa, termasuk kekerasan seksual dan pernikahan anak.

Tak hanya itu, mereka mengalami engusiran dari sekolah, pemerasan, dan outing.

Banyak yang terpaksa menyembunyikan aspek kunci identitas mereka dari masyarakat dan dari keluarga, teman, dan kolega demi keselamatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com