Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Konflik Rusia-Ukraina Memuncak, AS Cari Bantuan ke Qatar Amankan Gas ke Eropa

Kompas.com - 27/01/2022, 09:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

DOHA, KOMPAS.com - Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, diperkirakan akan memberitahu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, bahwa negaranya akan menyediakan beberapa gas cair darurat jangka pendek untuk membantu mengganti kekurangan, jika Rusia memutuskan pasokan ke Jerman.

Qatar mencari kesempatan untuk memasok Eropa dengan mentransfer kelebihan gas dalam penyimpanan di Asia timur. Ia juga berharap untuk kembali ke pasar Eropa dalam skala yang lebih besar, karena tingkat produksinya sendiri meningkat.

Tetapi, pihaknya ingin mengakhiri penyelidikan anti-trust Komisi Eropa, terkait persaingan pasar dan monopoli.

Baca juga: Kenapa Rusia-Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?

“Sepertinya mereka akan memiliki sesuatu untuk diumumkan minggu depan. Ada pembicaraan yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. Itu akan menyakitkan bagi Qatar tetapi bisa dilakukan,” kata salah satu sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut melansir Guardian pada Rabu (26/1/2022).

Sumber Inggris, yang terlibat dalam pembicaraan terpisah dengan Qatar, percaya Doha dapat membantu menyelamatkan Eropa meskipun Jerman, yang bergantung pada gas alam Rusia, tidak memiliki terminal impor gas cair.

Sebagian besar gas Qatar dijual di pasar Asia dengan kontrak jangka panjang. Tetapi sumber Guardian mengatakan ada beberapa fleksibilitas, meskipun jumlahnya tidak cukup untuk menggantikan penghentian penuh Rusia.

Emir akan bertemu Biden pada Senin (31/1/2022) di Washington. Diskusi akan fokus pada bagaimana Qatar dapat membantu Eropa agar tidak jatuh ke dalam kegelapan dan kedinginan, jika konflik mengenai Ukraina pecah.

Hubungan antara kedua negara dalam kondisi terbaik sepanjang masa, karena bantuan Qatar dalam pengangkutan udara Afghanistan-AS.

Janji bantuan lebih lanjut dari Doha dalam hal pasokan gas, mungkin menjadi masalah ketika Vladimir Putin memutuskan apakah invasi akan bermanfaat.

Baca juga: Ukraina Teriak, Minta Komunitas Internasional Cegah Rusia Lancarkan Invasi

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, memuji Qatar dalam beberapa bulan terakhir. Satu-satunya ketegangan politik adalah karena tekanan yang diberikan Qatar kepada AS untuk berbuat lebih banyak untuk mengeluarkan dana kemanusiaan guna membantu kelaparan di Afghanistan.

Qatar adalah pemasok global gas alam cair (LNG) terbesar bersama Australia. Dua pertiga dari penjualannya di pasar Asia berada di bawah kesepakatan jangka panjang, kadang-kadang 20 tahun. Australia, sekutu dekat AS, telah berjanji untuk membantu.

Di sisi lain, Jerman bergantung pada gas Rusia untuk kebutuhan energinya. Setengah impor gasnya berasal dari Rusia, dibanding negara-negara UE yang rata-rata mengimpor sekitar 40 persen, menurut badan statistik UE, Eurostat.

Nikos Tsafos, spesialis energi di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, mengatakan Eropa akan tetap mengimpor LNG dalam jumlah besar pada Januari. Tetapi proporsi yang dikirim ke Eropa dari Qatar tetap di bawah 1 juta ton per bulan. Sebaliknya Asia membeli 5 juta ton dari Qatar.

Pada 2010 Qatar secara luas mengekspor gas dalam jumlah yang sama ke Eropa dan Asia.

Kondisi itu berubah karena penolakan Qatar terhadap investigasi anti-trust Komisi Eropa yang diluncurkan pada 2018. Penyelidikan itu, menyorot soal cara Qatar menjual kontrak jangka panjang ke pasar Eropa. Qatar sedang mencari tanda-tanda penyelidikan ini akan berakhir.

Baca juga: Finlandia Siagakan Militernya Setelah Ketegangan soal Ukraina Meningkat

Halaman:
Sumber Guardian
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com