Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Vaksin Ini Disebut Bisa Beri Kekebalan Lebih Tinggi sebagai Booster dari Sinovac

Kompas.com - 25/01/2022, 10:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

BRASIL, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil penelitian, pemberian vaksin dosis penguat (bosster) Covid-19 yang dibuat oleh AstraZeneca-Oxford, Pfizer-BioNTech, atau Johnson & Johnson setelah menerima dua dosis vaksin buatan Sinovac bisa meningkatkan kadar antibodi secara signifikan pada penerimanya.

“Studi tersebut menemukan bahwa CoronaVac menerima dorongan terkuat dari vektor virus atau suntikan RNA, termasuk terhadap varian virus corona Delta dan Omicron,” kata para peneliti dari Brasil dan Universitas Oxford, Inggris, Senin (24/1/2022).

Vaksin Sinovac yang berbasis di China dibuat dengan menggunakan versi tidak aktif dari strain virus corona yang diisolasi dari seorang pasien di China.

Baca juga: Ketua WHO: Dunia Berada di Titik Kritis Pandemi Covid-19

Menurut C-19 Vaccine Tracker, vaksin CoronaVac telah digunakan di 52 negara, termasuk Brasil, Cina, Argentina, Afrika Selatan, Oman, Malaysia, Turkin, dan Indonesia.

“Studi ini memberikan pilihan penting bagi pembuat kebijakan di banyak negara di mana vaksin tidak aktif atau vaksin mati telah digunakan," kata Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group dan pemimpin studi, sebagaimana diberitakan Kantor Berita Reuters, Selasa (25/1/2022).

Namun, ada juga penelitian yang mengungkap hal sebaliknua.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada Desember 2021 menemukan bahwa suntikan dua dosis Sinovac diikuti dengan dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech menunjukkan respon imun yang lebih rendah terhadap varian Omicron dibandingkan dengan strain lain.

Vaksin vektor virus seperti yang dikembangkan oleh AstraZeneca-Oxford (AZN.L) dan J&J (JNJ.N) menggunakan versi yang lebih lemah dari virus lain untuk mengirimkan instruksi genetik untuk membuat protein dari virus yang perlindungannya dicari.

Baca juga: WHO Prediksi Gelombang Covid Omicron Berakhir di Eropa

Vaksin mRNA Pfizer (PFE.N) dan BioNTech (22UAy.DE) mengirimkan transkrip genetik dengan instruksi untuk membuat protein virus guna mengajari tubuh cara bertahan melawan infeksi.

Dosis ketiga CoronaVac juga meningkatkan antibodi, tetapi hasilnya lebih baik ketika vaksin yang berbeda digunakan, menurut penelitian terbaru yang melibatkan 1.240 sukarelawan dari kota Sao Paulo dan Salvador di Brasil.

Tingkat antibodi rendah sebelum dosis booster, dengan hanya 20,4 persen orang dewasa berusia 18-60 tahun dan 8,9 persen orang dewasa berusia di atas 60 tahun yang memiliki tingkat antibodi penetralisir yang dapat dideteksi.

Ini terlihat meningkat secara signifikan di setiap rejimen vaksin booster, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet pada Jumat (21/1/2022).

Berdasarkan informasi dari pembuatnya sendiri, CoronaVac 51 persen efektif mencegah infeksi bergejala dan 100 persen efektif mencegah terjadinya kasus rawat inap dan penyakit parah.

WHO mengatakan vaksin COVID-19 yang memiliki efektivitas sedikitnya 50 persen akan membantu mengendalikan pandemi Covid-19.

Baca juga: Darurat Kesehatan Covid-19 Harusnya Bisa Berakhir Tahun Ini, WHO Ungkap Masalahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com