Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Tuduh Kremlin Coba Menaruh Pemimpin Pro-Rusia di Ukraina

Kompas.com - 23/01/2022, 13:40 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Inggris pada Sabtu (22/1/2022), menuduh Kremlin berusaha menempatkan seorang pemimpin yang pro-Rusia di Ukraina.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Inggris juga mengatakan para pejabat intelijen Rusia telah menjalin kontak dengan sejumlah mantan politisi Ukraina sebagai bagian dari rencana invasi ke negara itu.

Namun, Kemenlu Inggris menolak memberikan bukti yang mendukung tuduhan tersebut.

Baca juga: AS Perintahkan Keluarga Personel Kedutaan Besar Keluar dari Ukraina Segera

Tuduhan Inggris itu sendiri muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara Rusia dan negara-negara Barat yang dipicu pengerahan tentara Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina.

Tapi, Moskow bersikeras membantah tidak memiliki rencana untuk menyerang atau menguasai Ukraina.

Kemenlu Inggris mengatakan mereka punya informasi bahwa Pemerintah Rusia mempertimbangkan mantan anggota DPR Ukraina Yevhen Murayev sebagai calon potensial untuk memimpin pemerintahan yang pro-Rusia.

"Kami tak akan membiarkan rencana Kremlin untuk memasang kepemimpinan yang pro-Rusia di Ukraina," kata Menlu Inggris Liz Truss di Twitter, sebagaimana dikutip Reuters, Minggu (23/1/2022).

"Kremlin tahu sebuah serangan militer akan menjadi kesalahan strategi yang masif & Inggris dan para mitra kami akan membuat Rusia menerima akibatnya," tambah dia.

Pernyataan Inggris itu dirilis pada Minggu dini hari waktu Moskow dan Kiev, ibu kota Ukraina.

Namun, belum ada pernyataan terkait hal itu dari Kremlin –sebutan pemerintah Rusia– atau pun dari Murayev.

Baca juga: Prediksi Serangan Rusia ke Ukraina, dari Siber hingga Invasi Besar

Seorang sumber di Kemenlu Inggris mengatakan bukan hal yang lumrah untuk membagikan materi intelijen.

Rinciannya telah dirahasiakan setelah melakukan pertimbangan cermat untuk mencegah agresi Rusia, menurut sumber itu.

Lewat akun resminya di Facebook, Kemenlu Rusia membantah pernyataan Kemlu Inggris dan menyebutnya sebagai "disinformasi".

Mereka juga menuduh Inggris dan NATO "meningkatkan ketegangan" atas Ukraina dan mendesak Kemlu Inggris untuk berhenti "menyebarkan omong kosong".

Tuntutan

Pernyataan Inggris itu muncul sehari setelah diplomat tinggi Amerika Serikat (AS) dan Rusia gagal membuat terobosan besar dalam pembicaraan tentang krisis Ukraina, meskipun mereka sepakat untuk terus berdiskusi.

Baca juga: Enggan Suplai Senjata untuk Lawan Rusia, Jerman Akan Kirim RS Lapangan ke Ukraina

Rusia telah meminta jaminan keamanan dari AS, termasuk penghentian ekspansi NATO ke bagian timur Eropa, dan menuntut janji untuk tidak menerima Ukraina sebagai anggota dari aliansi militer Barat itu.

"Plot semacam ini sangat mengkhawatirkan. Rakyat Ukraina punya hak kedaulatan untuk menentukan masa depan mereka sendiri, dan kami berdiri bersama mitra-mitra demokratis di Ukraina," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Emily Horne dalam pernyataan.

Murayev, 45 tahun, adalah politisi pro-Rusia yang menentang integrasi Ukraina dengan Barat.

Dalam jajak pendapat oleh Razumkov's Centre pada Desember 2021, dia menempati peringkat ketujuh dengan 6,3 persen dukungan dalam daftar kandidat untuk pemilihan presiden 2024 .

"Kemenlu Inggris tampaknya bingung," kata Murayev kepada koran Inggris, Observer.

"Sama sekali tidak logis. Saya dicekal oleh Rusia. Tak hanya itu, uang dari perusahaan ayah saya di sana telah disita," kata dia.

Inggris, yang pekan ini memasok 2.000 rudal dan tim pelatih militer ke Ukraina, juga mengaku punya informasi bahwa dinas intelijen Rusia memelihara hubungan dengan "banyak sekali" mantan politisi Ukraina, termasuk para kroni Viktor Yanukovich.

Baca juga: Dialog AS-Rusia soal Ukraina Kembali Buntu, tapi Sepakat Redakan Ketegangan

Mantan presiden itu kabur ke Rusia pada 2014 setelah tiga bulan menghadapi aksi-aksi protes yang menentang kekuasaannya.

Dia divonis secara in absentia pada 2019 dengan hukuman 13 tahun penjara atas dakwaan makar.

"Beberapa dari orang-orang ini telah berhubungan dengan pejabat intelijen Rusia yang kini terlibat dalam rencana serangan ke Ukraina," kata Kemlu Inggris dalam pernyataan itu.

Kantor Perdana Menteri Inggris sebelumnya mengatakan bahwa Boris Johnson berencana meningkatkan tekanan pada Rusia dengan menyerukan para pemimpin Eropa untuk bergabung bersama AS dalam menghadapi agresi Rusia.

Baca juga: Ukraina Tuding Rusia Tingkatkan Senjata, Amunisi, dan Peralatan Militer di Perbatasan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com