SINGAPURA, KOMPAS.com - Sebagian besar anak-anak berusia 3-7 tahun di Singapura menghabiskan lebih dari jumlah waktu yang disarankan untuk melihat layar gadget untuk rekreasi.
Hal itu merujuk pada temuan survei yang dilakukan oleh Rumah Sakit Wanita dan Anak-anak KK (KKH) Singapura.
Hasil surveri telah dirilis pada Jumat (21/1/2021), bersamaan dengan seperangkat pedoman kegiatan baru untuk anak kecil berusia 7 tahun ke bawah.
Baca juga: Omicron Mengganas, Kasus Harian Covid-19 Singapura Kembali Tembus Angka Seribuan
Survei terhadap 340 orang tua dari September hingga Oktober 2021 menemukan bahwa alokasi waktu untuk aktivitas fisik, tidur, dan menonton layar rekreasi "suboptimal" di antara anak-anak.
Menurut KKH, ada kekurangan pemahaman secara umum yang ditemukan pada orang tua. Di mana, lebih dari separuh orang tua salah memperkirakan durasi waktu yang direkomendasikan untuk aktivitas fisik dan penggunaan layar rekreasi.
Hasil survei diperlukan untuk membantu menyusun pedoman anak usia dini baru yang dikembangkan oleh Platform Terpadu yang dipimpin KKH untuk Penelitian dalam Memajukan Hasil Kesehatan Metabolik Perempuan dan Anak (IPRAMHO).
Pedoman tersebut mencakup strategi untuk mengurangi tingkat miopia masa kanak-kanak Singapura, yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
KKH juga memasukkan cara-cara untuk mempromosikan praktik unit keluarga karena kebanyakan orang tua Asia tampaknya kekurangan waktu bersama anak.
Di bawah pedoman baru yang dibuat KKH, anak-anak usia pra-sekolah usia 3-7 tahun di Singapura disarankan untuk tidak mendapatkan lebih dari 1 jam waktu layar rekreasi dalam sehari.
Baca juga: Singapura Larang Pekerja yang Tak Mau Divaksin Bekerja di Kantor
Namun, survei KKH menemukan bahwa 75 persen anak pra-sekolah memiliki rata-rata 1 jam waktu menonton layar rekreasi pada hari kerja, sementara 95 persen memiliki rata-rata 2 jam sehari pada akhir pekan.
Mendapatkan waktu layar yang berlebihan juga terlihat pada kelompok anak dengan usia yang lebih muda di Singapura.
Pedoman tersebut merekomendasikan tidak ada waktu layar untuk bayi di bawah 12 bulan dan balita hingga 18 bulan.
Sementara, balita berusia 18 bulan sampai 3 tahun harus mendapatkan kurang dari 1 jam.
Sebaliknya, survei menemukan bahwa 30 persen bayi diberi 1 jam waktu layar sehari.
Sedangkan untuk balita di bawah 18 bulan, 70 persen dari mereka melihat layar selama 0,5 jam pada hari kerja. Angka ini naik menjadi 80 persen pada akhir pekan.
Dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (22/1/2022), para peneliti mengatakan bahwa orang tua yang menjadi panutan waktu layar rekreasi yang sehat akan mendorong kebiasaan sehat pada anak-anak
Baca juga: Serangga Masuk ke Telinga DJ Singapura, Butuh 5 Jam untuk Mengeluarkan
Namun, setengah dari orang tua yang disurvei mengatakan bahwa mereka hanya sesekali membatasi penggunaan layar saat menghabiskan waktu bersama anak-anak, sementara 1 persen mengatakan tidak pernah melakukannya.
“Temuan tersebut mencerminkan pola gaya hidup khas kaum urban termasuk warga Singapura," kata konsultan KKH Dr Benny Loo, yang juga memimpin kelompok kerja untuk pedoman tersebut.
Dia menyebut, para orang tua yang kekurangan waktu tidak memberikan penekanan yang cukup pada kegiatan untuk anak-anak dan sangat bergantung pada perangkat elektronik untuk kegiatan anak-anak dan bahkan pengasuhan anak.
Sementara, dia mengatakan, pandemi Covid-19 telah memperburuk situasi sekarang ini.
"Anak-anak kecil kami lebih banyak di rumah, memiliki lebih sedikit interaksi sosial dan aktivitas fisik, menggunakan perangkat elektronik untuk waktu yang lebih lama, dan kurang tidur," kata dia.
Pedoman yang dikeluarkan KKH juga mencakup durasi aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk anak-anak.
Baca juga: Tembus 600 Kasus, Pasien Omicron di Singapura Belum Ada yang Parah
Di mana, balita dan anak-anak pra-sekolah setidaknyanya membutuhkan waktu 180 menit aktivitas fisik dengan bermain di luar ruangan setiap hari.
Sementara, bayi membutuhkan 30 menit "tummy time". Di mana, bayi perlu dibaringkan tengkurap sebagai suatu bentuk latihan.
Namun, survei menemukan bahwa 40 persen balita dan anak pra-sekolah rata-rata hanya melakukan aktivitas fisik selama 90 menit, sementara 40 persen bayi hanya diberi waktu tummy time atau permainan lantai selama 15 menit.
Pedoman tersebut juga menyarankan untuk menghindari waktu layar 30 menit sebelum tidur, dan menetapkan durasi tidur yang direkomendasikan untuk berbagai kelompok usia.
Survei menunjukkan bayi berusia 0-3 bulan memiliki proporsi terbesar yang tidak cukup tidur, dengan 35 persen tidur selama 8-11 jam setiap hari, bukan setidaknya 14 jam seperti yang direkomendasikan.
Kebiasaan makan dan pola makan juga tercakup dalam pedoman, yang dikembangkan berdasarkan studi lokal dan global dan praktik terbaik serta survei.
KKH mengatakan ini adalah pedoman kegiatan terpadu pertama untuk anak usia dini di Singapura. Ini adalah bagian dari seri IPRAMHO yang juga memuat pedoman untuk anak-anak dan remaja berusia 7-18 tahun, yang dirilis pada 2020.
IPRAMHO merupakan salah satu program utama lembaga penelitian kesehatan ibu dan anak di KKH yang dicanangkan tahun lalu.
Baca juga: Piala AFF, Media Singapura Patah Hati Timnasnya Kalah Tragis dari Indonesia
"Bukti yang muncul selama 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa aktivitas fisik, perilaku menetap dan tidur untuk anak kecil terkait erat," kata konsultan senior Profesor Tan Kok Hian, peneliti utama dari kelompok penelitian.
Perilaku makan dan asupan kalori juga terkait, dan bersama-sama, hal itu dianggap memiliki dampak signifikan pada hasil kesehatan anak.
“Kami sedang meletakkan dasar untuk transformasi kesehatan bangsa kita untuk generasi yang akan datang,” kata Prof Tan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.