Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Danai Proyek "Dubai Baru" di Sri Lanka, Akankah Jadi Pusat Ekonomi Dunia?

Kompas.com - 18/01/2022, 20:31 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Colombo Port City bertujuan untuk memikat perusahaan multinasional dan investor yang sudah berbasis di India, yang dapat mengurangi investasi dan peluang kerja di sana.

Tetapi beberapa pihak mengatakan Sri Lanka juga memiliki banyak kekhawatiran dari Kota Pelabuhan Kolombo.

Pada tahun 2020, Laos menghindari kebangkrutan dengan menjual sebagian jaringan energinya ke China untuk membantu mendanai jalur kereta api yang menghubungkan kedua negara.

Seperti Hambantota, apakah Colombo Port City ini berakhir menjadi pos terdepan China dalam jangka panjang?

"Saat ini cara pemerintah Sri Lanka telah menyetujui China, China telah mengambil alih sebanyak-banyaknya yang ada di Port City, semuanya," kata anggota parlemen oposisi Rajitha Senaratne kepada BBC.

"Suatu hari, sebenarnya Sri Lanka tidak akan memiliki suara dalam proyek ini."

Akademisi China Zhou Bo tidak setuju, dengan mengatakan tujuan pembangunan ini adalah agar kedua negara mendapat manfaat.

"Program Belt and Road Initiative dari China bukanlah amal. Kami juga ingin saling menguntungkan. Itu berarti kami juga ingin investasi kami memiliki pengembalian ekonomi," Zhou, mantan kolonel senior Tentara Pembebasan Rakyat yang sekarang bekerja di Universitas Tsinghua di Beijing, kepada BBC.

"China tidak berniat menjebak negara mana pun ke dalam utang."

Pejabat Sri Lanka mengambil posisi yang sama.

"Seluruh wilayah berada di bawah kendali kedaulatan Sri Lanka. Hak untuk berpatroli, polisi, imigrasi, dan tugas keamanan nasional lainnya berada di tangan pemerintah Sri Lanka," kata Saliya Wickramasuriya, dari Komisi Ekonomi Kota Pelabuhan.

Baca juga: China Kembangkan Senjata Pengontrol Otak, Mampu Melumpuhkan dan Mengendalikan Musuh

Proyek ini diperkirakan tidak akan selesai sampai tahun 2040-an.BBC/ANBARASAN Proyek ini diperkirakan tidak akan selesai sampai tahun 2040-an.
Tetapi Sri Lanka, yang saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, memiliki pilihan yang terbatas.

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan sektor pariwisata dan mengurangi lapangan kerja di luar negeri, membuat cadangan devisa negara itu anjlok.

Utang luar negeri Sri Lanka telah melonjak menjadi lebih dari $45 miliar dan sekitar $8 miliar di antaranya hanya dari China.

Di tengah permohonan bantuan keuangan, Sri Lanka pekan lalu meminta kunjungan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi untuk merestrukturisasi pembayaran utangnya ke Beijing.

Tetapi dengan penurunan peringkat berulang kali oleh lembaga pemeringkat internasional, peluang Kolombo untuk menarik para investor internasional atas pinjaman lebih lanjut tampak tipis.

Hanya China yang memiliki ambisi jangka panjang - dan berkantong tebal.

Tapi mungkin ada ikatan - beberapa percaya, kota seperti "Hong Kong di Sri Lanka" ini akan membantu China mengencangkan cengkeramannya di Asia selatan di tahun-tahun mendatang.

Baca juga: Mengenal Strategi Nol Covid China, Begini Cara Kerja dan Risikonya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com