Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Tolak Sejumlah Penerbangan dari AS Setelah Temuan Banyak Kasus Covid-19

Kompas.com - 12/01/2022, 17:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON/BEIJING, KOMPAS.com - China telah memerintahkan pembatalan lebih dari dua lusin penerbangan terjadwal dari Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir, setelah banyak penumpang dinyatakan positif Covid-19 setelah tiba di China.

Melansir Reuters pada Selasa (11/1/2022), regulator penerbangan China mengamanatkan pembatalan total delapan penerbangan maskapai penumpang AS terjadwal tujuan Shanghai di bawah aturan pandemi Covid-19 China.

Itu terdiri dari empat oleh United Airlines dan masing-masing dua dari Delta Air Lines dan American Airlines.

Baca juga: WHO: Jangan Perlakukan Covid-19 Seperti Flu

Delta mengatakan pihaknya membatalkan penerbangan Detroit ke Shanghai Jumat lalu dan 14 Januari, karena aturan China mengharuskan "semua maskapai yang terkena dampak", yang penumpangnya dites positif Covid-19, "untuk membatalkan layanan masuk pada penerbangan China tertentu."

Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) juga membatalkan setidaknya 22 penerbangan menuju AS lainnya yang dioperasikan oleh maskapai China sejak Desember, setelah ditemukan kasus positif Covid-19, termasuk delapan oleh China Southern Airlines Co.

AS menghadapi lonjakan infeksi yang disebabkan oleh varian Omicron yang sangat menular dan pada Senin (10/1/2022). Setidaknya 132.646 orang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19, melampaui rekor 132.051 yang ditetapkan pada Januari 2021.

Rata-rata tujuh hari untuk kasus baru Covid-19 AS telah berlipat ganda dalam 10 hari terakhir menjadi 704.000.

Baca juga: Provinsi di Kanada Bebankan Pajak bagi Penduduk yang Tak Mau Divaksin Covid-19

United mengatakan terpaksa membatalkan penerbangan dari San Francisco ke Shanghai yang dijadwalkan pada 15, 19, 22 dan 26 Januari. Maskapai yang berbasis di Chicago ini terbang dari San Francisco ke Shanghai empat kali seminggu.

Kementerian Transportasi AS (USDOT) tidak segera berkomentar Senin (10/1/2022) malam.

Tarik menarik layanan udara AS-China

Sejak pandemi Covid-19, China dan AS telah berdebat tentang layanan udara.

Pada Agustus, USDOT membatasi empat penerbangan dari maskapai China hingga 40 persen kapasitas penumpang selama empat minggu, setelah Beijing memberlakukan batasan yang sama pada empat penerbangan United Airlines.

China mengatakan kepada United pada Agustus bahwa pihaknya memberlakukan pembatasan pada beberapa penerbangan, setelah menuduh lima penumpang yang melakukan perjalanan dari San Francisco ke Shanghai dinyatakan positif Covid-19 pada 21 Juli.

USDOT mengatakan pada Agustus bahwa kebijakan China "menempatkan kesalahan yang tidak semestinya pada operator, sehubungan dengan pelancong yang dites positif Covid-19 setelah kedatangan mereka di China."

Baca juga: Pfizer Produksi Vaksin Covid-19 khusus Varian Omicron Akan Siap pada Maret

Kementerian itu mengatakan operator "tidak memiliki sarana untuk memverifikasi secara independen hasil tes positif yang dituduhkan oleh otoritas China."

Perjanjian udara AS-China yang sudah berlangsung lama memungkinkan negara-negara tersebut untuk mengoperasikan lebih dari 100 penerbangan mingguan antara kedua negara. Tetapi hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang saat ini beroperasi.

Mantan Presiden AS Donald Trump pada Januari 2020 melarang hampir semua warga negara non-AS yang telah berada di China dalam 14 hari terakhir, untuk bepergian ke AS.

Tapi Presiden Joe Biden pada November mencabut pembatasan perjalanan dari China untuk pelancong udara asing yang divaksinasi penuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com