Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siprus Temukan 25 Kasus Varian Deltacron, Gabungkan Varian Delta dan Omicron

Kompas.com - 10/01/2022, 19:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

NICOSIA, KOMPAS.com - Para ilmuwan di Siprus telah mengidentifikasi 25 pasien terinfeksi varian “Deltacron”, varian Covid yang menggabungkan varian Delta dan Omicron.

Leonidos Kostrikis, profesor ilmu biologi di Universitas Siprus, mengatakan varian “Deltacron” memiliki struktur genetik yang mirip varian Omicron dengan genom Delta.

Baca juga: PM Israel Peringatkan Kasus Covid-19 Bisa Mencapai 4 Juta

Timnya telah mengidentifikasi 25 kasus varian hibrida sejauh ini dan masih terlalu dini untuk menilai dampaknya, menurut laporan Bloomberg.

Dari yang teridentifikasi, 11 di antaranya adalah pasien yang sudah dirawat di rumah sakit dengan Covid-19, dan 14 di antaranya adalah masyarakat umum.

“Kita akan melihat selanjutnya jika jenis ini lebih patologis atau lebih menular atau jika itu mulai dominan,” ujar Kostrikis melansir Daily Mail pada Minggu (9/1/2022).

Para ilmuwan telah mengirimkan temuan mereka ke GISAID, database internasional yang melacak virus.

Infeksi Covid biasanya hanya melibatkan satu strain mutan, tetapi dalam kasus yang sangat jarang, dua varian dapat menyerang pada saat yang bersamaan.

Jika ini juga menginfeksi sel yang sama, mereka mungkin dapat bertukar DNA dan bergabung untuk membuat varian baru virus corona.

Baca juga: Takut Tertular Covid-19, Guru di AS Masukkan Putranya yang Positif ke Bagasi Mobil

Bulan lalu, pemimpin Moderna memperingatkan tentang mutan hibrida yang dia khawatirkan akan lebih buruk daripada yang saat ini melanda seluruh dunia.

Dr Paul Burton, Pemimpin perusahaan medis pembuat vaksin itu, memperingatkan tingginya jumlah Delta dan Omicron membuat kombinasi itu mungkin terjadi.

Dia mengatakan kepada anggota parlemen di Komite Sains dan Teknologi, bahwa 'pasti' mungkin virus dapat bertukar gen dan memicu varian yang lebih berbahaya.

Para peneliti telah memperingatkan bahwa peristiwa-peristiwa ini, yang secara ilmiah disebut 'peristiwa rekombinasi', mungkin terjadi. Tetapi, itu memerlukan kondisi yang sangat spesifik dan kebetulan dari sebagian besar peristiwa yang tidak dapat dikendalikan.

Hanya tiga varian Covid, yang dibuat oleh virus yang bertukar gen yang sebelumnya telah dicatat. Virus tersebut sebagian besar mengandalkan mutasi acak untuk membuat lebih banyak varian.

Baca juga: Pasukan AS Jadi Sumber Lonjakan Infeksi Covid-19 Jepang, Pangkalan Militer Dibatasi Ketat

Varian baru tidak muncul selama dua bulan ketika varian Delta mengalahkan varian Alpha melalui metode ini.

Dalam satu kasus, peristiwa rekombinasi terjadi di Inggris ketika varian Alpha bergabung dengan B.1.177, yang pertama kali muncul di Spanyol, pada akhir Januari 2021.

Itu menyebabkan 44 kasus sebelum akhirnya menghilang.

Para ilmuwan di California mengatakan mereka telah mengidentifikasi varian rekombinasi lain pada Februari tahun lalu, dengan galur Kent bergabung dengan B.1.429 yang pertama kali terlihat di daerah tersebut.

Strain baru ini juga menyebabkan sangat sedikit kasus, dan dengan cepat menghilang.

Covid-19 sebagian besar mengandalkan mutasi acak untuk mengembangkan varian baru.

Ini terjadi ketika virus membuat salinan dirinya sendiri, dan kesalahan muncul pada gennya.

Baca juga: CDC: Anak yang Pernah Terinfeksi Covid-19 Berisiko Lebih Tinggi Terkena Diabetes

Dalam kebanyakan kasus, perubahan ini tidak berbahaya. Tetapi kadang, proses itu dapat menimbulkan keuntungan seperti lebih mudah menular atau lebih mampu menghindari vaksin Covid-19.

Diperkirakan bahwa varian Omicron muncul pada infeksi yang menetap pada orang yang sistem kekebalannya terganggu.

Itu memungkinkan virus untuk bermutasi beberapa kali, untuk “melatih” dirinya menjadi lebih baik dalam menginfeksi manusia dan menghindari kekebalan sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com