Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah China Memancing Negara-negara Miskin Berutang Padanya?

Kompas.com - 07/01/2022, 20:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - China menghadapi kritikan atas praktik pemberian pinjaman kepada negara-negara miskin yang sulit dibayar sehingga rentan terhadap tekanan dari Beijing.

Namun kritikan itu ditepis oleh China, yang justru menuduh sebagian kalangan di Barat mempromosikan narasi untuk merusak citranya.

"Tidak ada satu pun negara yang jatuh ke hal yang disebut perangkap utang akibat meminjam dari China," kata China dalam penegasannya.

Baca juga: Kepala MI6 Peringatkan Jebakan Utang China, Bagaimana dengan Indonesia?

Apa yang diketahui tentang pinjaman dari China?

China adalah salah satu negara kreditor tunggal terbesar di dunia. Pemberian utang negara itu kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah meningkat tiga kali lipat selama satu dekade terakhir. Totalnya mencapai 170 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,446 triliun pada akhir 2020.

Namun, komitmen utang China kemungkinan lebih besar dari jumlah itu.

Riset yang diadakan AidData, lembaga pembangunan internasional di William & Mary University di Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa 50% persen pinjaman China ke negara-negara berkembang tidak dicantumkan dalam statistik utang resmi.

Pinjaman seringkali tidak dimasukkan ke dalam neraca keuangan pemerintah, tapi diarahkan ke perusahaan dan bank milik negara, usaha patungan atau perusahaan swasta, bukan sebagai utang antar pemerintah.

Baca juga: China Bantah Lancarkan Jebakan Utang di Negara-negara Afrika

Berdasarkan hasil riset AidData, terdapat lebih dari 40 negara berpendapatan rendah dan menengah yang risiko utangnya kepada pemberi pinjaman dari China lebih dari 10 persen dari total produk domestik bruto (PDB) tahunan sebagai akibat dari utang terselubung ini.

Utang Djibouti, Laos, Zambia, dan Kyrgizstan sama dengan setidaknya 20 persen dari PDB tahunan masing-masing negara tersebut.

Sebagian besar pinjaman dari China digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur besar seperti jalan, jalur kereta, dan pelabuhan, juga di sektor pertambangan dan energi, berdasarkan Prakarsa Sabuk dan Jalan yang diluncurkan oleh Presiden China Xi Jinping.

Baca juga: Iran Setuju Sri Lanka Bayar Utang Minyak Rp 3,5 Triliun dengan Teh

Apakah yang dimaksud perangkap utang dan apa buktinya?

Statistik utang internasional Bank DuniaBBC Statistik utang internasional Bank Dunia

Dalam wawancara dengan BBC, Kepala Badan Intelijen Inggris (MI6) Richard Moore mengatakan, China menggunakan hal yang disebut jebakan utang untuk menggunakan pengaruhnya atas negara-negara lain.

Yang dipersoalkan adalah karena China menyalurkan pinjaman ke negara-negara lain, yang pada akhirnya harus melepaskan kontrol atas aset-aset penting jika gagal membayar utang. Beijing telah lama menepis tuduhan itu.

Satu contoh yang kerap diangkat oleh kalangan penentang China adalah Sri Lanka, yang beberapa tahun lalu memulai proyek pelabuhan besar di Hambantota dengan dana investasi dari China.

Namun proyek miliaran dollar AS dengan menggunakan pinjaman dari China dan kontraktor juga dari China tersebut menyulut kontroversi, dan kesulitan membukukan keuntungan sehingga Sri Lanka terbelit utang yang semakin membengkak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com