Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Penyebaran Varian Omicron secara Global Mulai Terasa

Kompas.com - 21/12/2021, 16:26 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

SYDNEY, KOMPAS.com - Selandia Baru menunda rencana pembukaan kembali perbatasan internasionalnya karena penyebaran luas varian Omicron di seluruh dunia pada Selasa (21/12/2021), ketika beberapa negara lain menerapkan kembali langkah-langkah jarak sosial.

Banyak negara dalam siaga tinggi hanya beberapa hari menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

Baca juga: Omicron Menyebar Cepat di AS, Kini Dominan Capai 73,2 Persen Kasus Covid-19

Krisis kesehatan terbaru juga berdampak pada pasar keuangan, yang khawatir akan dampaknya pada pemulihan ekonomi global.

Infeksi varian Omicron berlipat ganda dengan cepat di seluruh Eropa, Amerika Serikat (AS) dan Asia. Di Jepang, salah satu cluster di pangkalan militer telah berkembang menjadi setidaknya 180 kasus.

Melansir Reuters pada Selasa (21/12/2021), Menteri Tanggap Covid-19 Selandia Baru Chris Hipkins mengatakan negaranya akan menunda pembukaan kembali perbatasannya, yang direncanakan hingga akhir Februari.

Pemerintah “Negeri Kiwi” sebelumnya mengatakan perjalanan bebas karantina akan dibuka kembali pada pertengahan Januari. Tapi itu pun hanya untuk warga negara dan penduduk Selandia Baru di Australia, sementara untuk turis asing akan dimulai pada April.

"Tidak diragukan lagi ini mengecewakan dan akan mengacaukan banyak rencana liburan. Tetapi penting untuk menetapkan perubahan ini dengan jelas hari ini sehingga mereka dapat memiliki waktu untuk mempertimbangkan rencana itu," kata Hipkins pada konferensi pers.

Baca juga: Gelombang Ke-6 Covid Mereda, Singapura Antisipasi Gelombang Omicron

Di Singapura, kementerian kesehatan sedang melakukan pengujian untuk menentukan apakah varian Omicron berada di balik sekelompok kasus potensial di gym.

“Mengingat tingkat penularannya yang tinggi dan menyebar ke banyak bagian dunia, kita harus berharap untuk menemukan lebih banyak kasus Omicron di perbatasan kita, dan juga di dalam komunitas kita,” kata kementerian kesehatan Singapura, pada Selasa (21/12/2021).

Varian Omicron telah menjadi dominan di AS dengan kecepatan kilat, dan merenggut nyawa pada Senin (20/12/2021) dari seorang pria yang tidak divaksinasi di Texas, kata para pejabat.

Antrean untuk tes Covid-19 mengular di blok jalan New York, Washington dan kota-kota AS lainnya. Orang-orang mulai bergegas mencari tahu apakah mereka terinfeksi, sebelum merayakan liburan bersama keluarga.

Korea Selatan, Belanda, Jerman dan Irlandia termasuk di antara negara-negara yang memberlakukan kembali penguncian sebagian atau penuh, atau langkah-langkah jarak sosial lainnya, dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: WHO Keluarkan Peringatan Baru: Kasus Omicron Bisa Berlipat Ganda Setiap 3 Hari

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin (20/12/2021) mengatakan situasinya "sangat sulit" karena rawat inap meningkat tajam di London.

Ditanya tentang spekulasi pemerintah akan melarang sosialisasi dalam ruangan dan membatasi pariwisata, Johnson mengatakan: "Kami sedang mempertimbangkan segala macam hal ... kami tidak akan mengesampingkan apa pun."

Di “Negeri Kanguru”, di mana kasus varian Omicron melonjak, tetapi rawat inap tetap relatif rendah, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mendesak para pemimpin negara bagian dan teritori untuk menghindari penguncian lebih lanjut, dengan mengatakan membatasi penyebaran virus menjadi tanggung jawab pribadi.

"Kita harus melewati tangan berat pemerintah dan kita harus memperlakukan warga Australia seperti orang dewasa," katanya.

"Kami tidak akan kembali mengunci diri. Kami akan maju untuk hidup dengan virus ini dengan akal sehat dan tanggung jawab."

Baca juga: Inggris Laporkan 82.886 Kasus Covid-19 Baru, 12.133 Varian Omicron

Beberapa pemimpin dan pejabat kesehatan telah menekankan pentingnya suntikan vaksin Covid-19 dosis ketiga (booster) untuk melawan varian tersebut.

Varian Omicron pertama kali terdeteksi bulan lalu di selatan Afrika dan Hong Kong, dan sejauh ini telah dilaporkan di setidaknya 89 negara.

Tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya masih belum jelas, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan penyebarannya lebih cepat daripada varian Delta, dan menyebabkan infeksi pada orang yang sudah divaksinasi atau yang telah pulih dari penyakit Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com