Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakatan Harapan Terpuruk, Anwar Ibrahim Didesak Mundur

Kompas.com - 20/12/2021, 14:31 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

PUTRAJAYA, KOMPAS.com – Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim menghadapi krisis terbesar sejak memimpin Pakatan Harapan.

Koalisi oposisi Malaysia terpuruk di dua pemilihan parlemen negara bagian yang digelar dalam selang sebulan.

Di negara bagian Melaka, Pakatan kehilangan 10 dari 15 kursi.

Baca juga: Kembali Gagal Jadi PM Malaysia, Bagaimana Masa Depan Politik Anwar Ibrahim?

Hasil pemilihan di Sarawak pada Sabtu (18/12/2021) malahan jauh lebih buruk. Pakatan hampir tergusur dari kancah politik negara bagian di Borneo itu setelah hanya mampu memenangi dua kursi.

Posisi Anwar Ibrahim semakin goyah setelah partai pimpinannya, Partai Keadilan Rakyat (PKR) tidak berdaya di Melaka dan Sarawak. PKR pulang dengan tangan hampa setelah gagal memenangi satu pun kursi di kedua negara bagian itu.

Pakatan tertolong oleh Partai Aksi Demokratik (DAP). Partai yang identik didukung oleh pemilih Tionghoa-Malaysia itu masih berhasil memenangi sejumlah kursi.

Itupun DAP kehilangan hampir satu lusin kursi setelah pemilih yang loyal terhadap partai memilih golput.

Baca juga: Mahathir Gabung Anwar Ibrahim Tuntut Muhyiddin Lengser dari Kursi PM Malaysia

Hilangnya daya tarik Pakatan Harapan dan Anwar

Sejak kehilangan kekuasaan pada Februari 2020, popularitas Pakatan Harapan terus merosot tajam.

Koalisi yang memimpin Malaysia selama 22 bulan itu kehilangan arah politik dan gagal menawarkan solusi-solusi politik yang konkrit kepada pemilih Malaysia.

Anwar dinilai lebih sibuk memprioritaskan mimpi politik puluhan tahunnya untuk menjadi perdana menteri Malaysia.

Meredanya isu korupsi 1MDB yang menjadi kunci utama kemenangan mengejutkan Pakatan pada pemilu Mei 2018 membuat Pakatan kehabisan amunisi politik.

Rakyat Malaysia yang didera krisis ekonomi dan kesehatan karena pandemi Covid-19 menginginkan politisi mengambil tindakan terhadap kesulitan sandang pangan mereka.

Pemilih juga mengalami kejenuhan politik, karena kemelut berkepanjangan yang membuat Malaysia dipimpin tiga perdana menteri dalam dua tahun.

Bahkan, blok pemilih yang loyal terhadap Pakatan Harapan seperti suku Tionghoa, India, dan pemilih di kawasan urban memutuskan tidak memilih di Sarawak dan Melaka sebagai bentuk protes terhadap Pakatan.

Baca juga: Mahathir: Pakatan Harapan Tumbang karena Dukung Anwar Ibrahim, Bukan Saya

Suara-suara internal Pakatan mulai menyerukan agar Anwar mengundurkan diri sebagai pemimpin oposisi.

Politisi berusia 74 tahun itu telah kehilangan pesona politiknya dan malahan menjadi batu sandungan.

Untuk merebut kembali Putrajaya, Pakatan harus memenangi kembali dukungan dari pemilih suku Melayu. Anwar dinilai bukan sosok yang tepat.

Pemilih Melayu masih melihat Anwar sebagai sosok liberal yang akan mencabut hak-hak istimewa suku Melayu. Skandal-skandal seks politik lama Anwar juga mempersulit upaya untuk memenangi hati pemilih Melayu di kawasan pedesaan yang cenderung konservatif.

Sejumlah analis politik terkemuka menilai Pakatan memerlukan reset dan regenerasi kepemimpinan untuk menghentikan jatuhnya dukungan.

Sosok-sosok lama seperti Anwar dan politisi senior oposisi lain didesak untuk memberikan jalan kepada pemimpin generasi baru.

Kubu oposisi sendiri mulai terpecah dengan munculnya partai baru seperti Muda yang dipimpin mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Syed Saddiq.

Sementara itu, blok mantan perdana menteri Mahathir Mohamad dan sekutunya Partai Warisan dari negara bagian Sabah menolak membentuk aliansi politik dengan Pakatan Harapan dan Anwar.

Sejauh ini Anwar memberi sinyal dia belum berencana menepi dan akan tetap memimpin Pakatan Harapan pada pemilu Malaysia mendatang yang berpotensi digelar paling cepat pertengahan 2022.

Baca juga: Mahathir Blak-blakan Ungkap Praktik Korupsi di Pakatan Harapan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com