SEOUL, KOMPAS.com - Peringatan 10 tahun kematian pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Il harus memusatkan perhatian global pada pemerintahan brutal putranya, yakni Kim Jong Un.
Ini jadi maklumat Human Rights Watch dalam peringatan 10 tahun kematian Kim Jong Il, yang meninggal pada 17 Desember 2011.
Dikutip laman Human Right Watch, selama 10 tahun sejak kematian ayahnya, Kim Jong Un telah memperluas pengawasan invasif dan penindasan terhadap warga Korea Utara.
Dia juga menolak kebebasan bergerak orang di dalam negeri dan lintas batas.
Baca juga: Kenang Kematian Kim Jong Il, Rakyat Korea Utara Dilarang Tertawa 11 Hari
Selama pandemi Covid-19, kerawanan pangan meningkat dan kelaparan mengancam secara luas.
“Warisan Kim Jong Il adalah kematian ratusan ribu, mungkin jutaan, warga Korea Utara pada 1990-an,” kata Lina Yoon, peneliti senior Korea di Human Rights Watch.
“Sama seperti ayah dan kakeknya, pemerintahan Kim Jong Un didasarkan pada kebrutalan, ketakutan, dan penindasan, memicu pelanggaran hak sistematis, kesulitan ekonomi, dan kemungkinan kelaparan,” tambahnya.
Kim Jong Il mengambil alih sebagai pemimpin Korea Utara pada tahun 1994, setelah kematian ayahnya, Kim Il Sung, pendiri Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara).
Menyusul runtuhnya Uni Soviet dan dukungannya untuk Korea Utara pada tahun 1991, Kim Jong Il memimpin “Pawai yang Sulit” dan membawa bencana.
Episode itu membunuh sejumlah besar orang melalui salah urus ekonomi yang sudah tidak lengkap.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.