Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Kim Jong Un Berkuasa, Pembuktian Diktator Muda dengan “Tongkat Ajaib” Nuklirnya

Kompas.com - 15/12/2021, 18:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

SEOUL, KOMPAS.com - Kim Jong Un genap berkuasa selama 10 tahun di Korea Utara minggu ini, namun dunia masih belum tahu apa yang akan dilakukan atau diinginkan diktator muda satu itu.

Sejak mengambil alih kepemimpinan tertinggi satu dekade lalu, Kim telah menghadirkan banyak wajah ke dunia yang selalu ingin tahu tentang negaranya yang sangat tertutup.

Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk China, Myanmar, Korea Utara

Pencitraan tentang dirinya terus berubah-ubah, namun yang pasti tentang dia adalah soal tekad gigihnya mengejar program senjata nuklir, yang dimaksudkan untuk menargetkan Amerika dan sekutunya.

Menurut beberapa perkiraan, Kim kini memiliki sebuah gudang senjata berisi sebanyak 60 nuklir, dengan sarana untuk menambah sebanyak 18 lagi dalam setahun.

Kemampuan itu memungkinkannya memperkuat persatuan domestik dan mencapai beberapa ukuran prestise global yang telah lama didambakannya.

Pada saat yang sama, itu berhasil membingungkan Washington dan sekutunya. Pyongyang mengeklaim pembangunan kekuatan nuklir Korea Utara sebagai sistem pencegahan yang terhadap sikap permusuhan yang digelorakan AS.

Baca juga: Wajahnya Mirip Buronan Korea Utara, Seorang Pria Ditangkap 5 Kali dalam 3 Hari

Pengamat menilai Sanksi PBB yang menghancurkan terkait penumpukan senjata dan kesulitan terkait pandemi, mungkin memberi Kim masa tersulit dalam pemerintahannya,

Tetapi di bawah Jong Un, kekuatan senjata Korea Utara justru semakin jauh dari jangkauan negosiator luar yang menginginkannya dimusnahkan, daripada ketika ayah Kim, Kim Jong Il, meninggal pada 17 Desember 2011.

“Senjata nuklir adalah tongkat ajaib bagi Korea Utara,” kata Kim Taewoo, mantan kepala Institut Unifikasi Nasional Korea di Seoul melansir AP pada Rabu (15/12/2021).

“Korea Utara adalah salah satu negara termiskin di dunia, tetapi mengontrol hubungan dengan Korea Selatan karena memiliki nuklir. Jika bukan karena bom nuklirnya, bagaimana Pyongyang bisa duduk untuk berunding dengan Amerika Serikat?”

Baca juga: Polisi China Berhasil Tangkap Pelarian Korea Utara yang Kabur dari Penjara

Keraguan awal

Pada akhir 2011, banyak orang luar bertanya-tanya apakah Korea Utara akan bertahan dengan seorang pria berusia 27 tahun yang belum teruji dan kurang dikenal.

Beberapa memperkirakan bahwa Kim akan mendorong reformasi ekonomi dan kemungkinan denuklirisasi, karena masa muda dan pendidikan masa kecilnya di Swiss.

Beberapa orang mengira Kim mungkin adalah boneka, mengandalkan pejabat tua yang diangkat oleh ayahnya, dan khawatir bahwa Korea Utara dapat menghadapi gejolak politik.

Sebaliknya, Kim mengatur serentetan eksekusi dan pembersihan tokoh profil tinggi Korea Utara, menghilangkan saingan potensial.

Dia juga membangun jenis kekuatan absolut yang dinikmati oleh ayahnya, Kim Jong Il, dan kakeknya dan pendiri negara, Kim Il Sung.

Baca juga: Berani Selundupkan Salinan Squid Game, Seorang Pria Korea Utara Dihukum Mati

“Pembersihan” lawan

Sebuah think tank yang dijalankan oleh agen mata-mata Korea Selatan mengatakan dalam sebuah laporan 2016, bahwa Kim mengeksekusi atau membersihkan sekitar 340 orang selama lima tahun pertama pemerintahannya.

Itu termasuk eksekusi pamannya yang berkuasa pada 2013, Jang Song Thaek, dan pembersihan kepala militer Ri Yong Ho pada 2012. Keduanya membantu menggiring Kim ke tampuk kekuasaan.

Kim juga mengesampingkan kebijakan "mengutamakan militer" yang menjadi ciri khas ayahnya. Dia memulihkan kontrol tradisional Partai Buruh yang berkuasa atas tentara.

Dia juga merancang pertumbuhan ekonomi kecil, namun bertahap dalam beberapa tahun pertama.

Baca juga: Tidak Ingin Warganya Tiru Kim Jong Un, Korea Utara Larang Jaket Kulit

Program nuklir ambisius

Di luar itu, program nuklir Korea Utara telah menjadi alat yang secara konstan digunakan.

Kim telah melakukan sejumlah besar tes senjata yang luar biasa. Empat dari enam ledakan uji coba kekuatan nuklir Korea Utara, dan ketiga uji coba rudal balistik antar-benuanya, terjadi selama pemerintahan Kim.

“Langkah nuklir besar Kim kemungkinan akan menenangkan mereka yang berada di pasukan lama militer, yang tidak puas dengan dorongan Kim untuk melemahkan pengaruh politik mereka,” kata Yang Wook, seorang pakar militer yang mengajar di Universitas Hannam Korea Selatan.

Pada akhir 2017, Kim mengeklaim memiliki rudal nuklir yang mampu mencapai daratan AS.

Pada 2018-19, ia terlibat dalam diplomasi nuklir ambisius dengan Donald Trump Presiden AS saati itu, menandai pertemuan puncak pertama antara dua musuh masa perang. Kim Jong Un juga melakukan pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden China Xi Jinping.

Baca juga: Program Nuklir Korea Utara: Latar Belakang dan Kontroversinya

“Nuklir telah sangat meningkatkan posisi diplomatik Kim di luar negeri. Di dalam negeri, mereka (nuklir) juga berfungsi sebagai alat propaganda yang hebat, untuk mempromosikan legitimasi pemerintahannya dan citra bahwa pemimpin tertinggi sedang berjuang untuk membangun negara tenaga nuklir yang gigih,” kata Kim Taewoo.

Diplomasi internasional gagal pada 2019 ketika Kim gagal meyakinkan Trump untuk meringankan sanksi keras PBB, yang dijatuhkan setelah menjalankan tes senjata pada 2016-17.

Kim sejak itu mengancam akan memperbesar persenjataan nuklirnya, dan memperkenalkan senjata berteknologi tinggi yang menargetkan Amerika Serikat dan sekutunya.

Menurut perkiraan Korea Selatan 2018, Korea Utara memiliki 20-60 senjata nuklir. Para ahli mengatakan Korea Utara memiliki kapasitas untuk menambah enam hingga 18 bom setiap tahun.

Baca juga: Perekonomian Korea Utara, Terpusat dan Hindari Investasi Asing

Penerus otoritarianisme

Kim dapat dilihat sebagai hanya meneruskan ambisi nuklir nasional, yang telah ada sejak 1950-an. Ketika itu, Kim Il Sung mendirikan sebuah lembaga penelitian atom dan mencapai kesepakatan dengan Uni Soviet untuk menerima pelatihan nuklir.

Kim Jong Il, yang menggantikan Kim Il Sung sebagai pemimpin pada 1994, mengembangkan program tersebut dengan mengawasi uji coba atom dan roket jarak jauh pertama di negara itu.

“Tetapi kepribadian Kim Jong Un kemungkinan juga mendorong pengejaran tes senjata yang lebih agresif,” kata Kim Yeol Soo, seorang analis Institut Urusan Militer Korea Selatan.

“Dia seorang pemimpin muda dan sepertinya ingin memamerkan kekuatannya untuk mengirim pesan: ‘Jangan meremehkan saya karena saya masih muda,'” katanya.

“Kim tidak akan pernah meninggalkan nuklir, inti kekuatan keluarganya, tidak peduli seberapa parah kesulitan ekonomi yang dihadapi rakyatnya akibat sanksi,” menurut Jung Chang Wook, kepala think tank Forum Studi Pertahanan Korea.

"Keluarga Kim akan kehilangan kekuatannya, jadi dia tidak bisa melepaskan mereka (nuklir)," katanya.

Baca juga: Perekonomian Korea Utara, Terpusat dan Hindari Investasi Asing

Selain itu menurut analis Kim Taewoo, China dan Rusia telah secara diam-diam mendukung Korea Utara, untuk mencegah sanksi PBB menyebabkan efek "melumpuhkan" di Korea Utara.

Tapi, selama pandemi diplomasi nuklir menemui jalan buntu. Kim Jong Un pun telah merunduk dan menyerukan loyalitas publik yang lebih kuat kepadanya.

Oktober lalu, agen mata-mata Korea Selatan mengatakan Korea Utara mempromosikan ideologi “Kimjongunisme,” sesuatu yang dilakukan ayah dan kakeknya.

Pemerintahan Kim Jong Un bahkan menghapus potret para pemimpin sebelumnya dari tempat umum.

“Kim Jong Un mencoba mempopulerkan warnanya sendiri, (dan menyoroti) hal-hal yang melambangkan eranya sendiri, bukan otoritas mendiang pemimpin yang diandalkan (sebelumnya),” kata Seo Yu-Seok di Institut Studi Korea Utara yang berbasis di Seoul.

Baca juga: Sistem Pemerintahan Korea Utara, Menghamba pada Juche dan Satu Partai

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com