KABUL, KOMPAS.com - Sejumlah dokter Afghanistan, yang mayoritas masih bekerja tanpa digaji, bercerita kepada BBC mengenai krisis kemanusiaan yang brutal di negara itu, sehingga membuat mereka kesulitan merawat pasien dengan layak.
Seorang perempuan muda memohon sambil menangis kepada dokter agar membunuh dia dan bayinya.
Baca juga: Perancis Evakuasi 300 Orang Lebih dari Afghanistan
Tangisan perempuan itu muncul ketika Dokter Nuri, seorang dokter kandungan di wilayah tengah Afghanistan, akan menangani proses bersalinnya melalui operasi sesar.
"Saya tidak tahu bagaimana saya bisa bertahan hidup," kata ibu itu. "Bagaimana mungkin saya melahirkan manusia lain?"
Banyak perempuan yang dirawat di bangsal tempat Dokter Nuri bertugas mengalami kekurangan gizi. Mereka juga tidak memiliki ASI yang cukup untuk memberi makan anak-anak mereka.
Menurut Dokter Nuri, bangsal itu begitu sesak, sehingga dia harus menangani persalinan dengan dinding bernoda darah atau di atas seprai yang kotor.
Sebagian besar petugas kebersihan telah meninggalkan rumah sakit itu sejak beberapa bulan lalu, mereka menyerah karena bekerja tanpa digaji.
Sedemikian penuhnya ruang bersalin itu, terkadang satu tempat tidur ditempati oleh beberapa orang.
Baca juga: Anggota Taliban Bunuh 100 Mantan Pasukan Keamanan Afghanistan
Fasilitas kesehatan dan klinik swasta lainnya telah tutup, sehingga rumah sakit yang dulunya bergengsi ini mengalami lonjakan pasien wanita hingga tiga kali lipat dari biasanya.
"Ruang bersalin adalah salah satu bangsal paling bahagia di rumah sakit mana pun, tetapi tidak di Afghanistan," kata Dokter Nuri.
Dalam kurun dua minggu pada September lalu, dokter Nuri menyaksikan lima bayi yang baru lahir meninggal dunia karena kelaparan.
"Rasanya seperti berada di neraka."
Padahal sebelumnya, Afghanistan juga telah terguncang oleh kekeringan parah dan konflik yang berlangsung selama puluhan tahun.
Bantuan internasional yang selama ini menopang perekonomian dan sistem kesehatan di Afghanistan telah terhenti sejak Agustus.
Para donatur dari negara-negara Barat khawatir menyalurkan bantuan melalui pemerintahan Taliban, yang selama ini dianggap menyangkal hak-hak dasar perempuan dan anak, dengan penerapan hukuman Syariah yang keras.
Baca juga: Dokter Muda Afghanistan Dibunuh Taliban karena Tak Berhenti di Pos Pemeriksaan
Afghanistan kini menghadapi krisis kelaparan terburuk yang pernah terjadi di negara itu berdasarkan catatan PBB. Sekitar 14 juta anak diperkirakan akan kekurangan gizi akut pada musim dingin ini.
Di berbagai wilayah di Afghanistan, rumah sakit yang menangani pasien-pasien kelaparan pun hampir kolaps. Sekitar 2.300 fasilitas kesehatan telah tutup.