Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China dan AS Bersaing dalam Perlombaan Senjata Hipersonik Paling Mematikan

Kompas.com - 01/12/2021, 09:49 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Amerika Serikat (AS) dan China terlibat dalam perlombaan senjata dalam pengembangkan senjata hipersonik paling mematikan.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall pada Selasa (30/11/2021).

“Ada perlombaan senjata, tidak harus untuk peningkatan jumlah, tetapi untuk peningkatan kualitas,” kata Kendall kepada Reuters di Pentagon.

Baca juga: Uji Coba Rudal Hipersonik China Disebut Bikin Bingung AS

Pernyataan itu disampaikan Kendall ketika Washington dan Beijing tengah membangun dan menguji lebih banyak senjata hipersonik.

“Ini adalah perlombaan senjata yang telah berlangsung cukup lama. China telah melakukannya dengan sangat agresif,” sambung Kendall.

Sebelumnya, tepatnya pada Oktober, Kepala Staff Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengonfirmasi bahwa China telah melakukan uji senjata hipersonik.

Senjata tersebut mampu terbang mengorbit Bumi dan dirancang memiliki kecepatan super untuk menghindari pertahanan sistem rudal AS.

Baca juga: Tangkal Senjata Hipersonik, Pentagon Tujuk 3 Perusahaan Kembangkan Sistem Pertahanan Baru

Sementara sepanjang tahun ini, Kementerian Pertahanan AS telah mengadakan beberapa tes senjata hipersonik dengan keberhasilan yang beragam.

Pada Oktober, Angkatan Laut AS berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan wahana peluncur yang membawa senjata hipersonik ke atas.

Senjata hipersonik terbang di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 kilometer per jam.

Kendall mencatat, ketika militer AS memfokuskan dana pada Irak dan Afghanistan, China memusatkan perhatiannya dalam hal senjata hipersonik.

Baca juga: Jenderal Top AS: Uji Coba Rudal Hipersonik China Mirip Peluncuran Satelit Sputnik

“Ini tidak berarti kami tidak melakukan apa-apa, tetapi kami belum melakukan cukup banyak,” kata Kendall.

Ketika Pentagon memasuki siklus anggaran tahunan 2023, Kendall berharap alokasi dana untuk pertahanan yang lebih banyak.

Pasalnya, sistem pertahanan yang sudah tua harus dipensiunkan karena biaya perawatan yang mahal serta dibutuhkannya sistem baru, termasuk senjata hipersonik.

Di sisi lain, perusahaan pertahanan berharap semakin berkembangnya senjata hipersonik, dibutuhkan pula sistem deteksi dini termutakhir untuk menangkal senjata itu.

Baca juga: Jenderal Top AS Khawatir soal Senjata Hipersonik China

Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Raytheon Technologies juga memamerkan program senjata hipersonik mereka kepada investor karena fokus dunia beralih ke senjata tersebut.

Namun, Pentagon ingin kontraktor pertahanan memangkas biaya akhir dari senjata hipersonik.

Pasalnya, generasi rudal super cepat yang sedang dikembangkan saat ini menelan biaya puluhan juta per unit.

Baca juga: Soal Senjata Hipersonik, AS Tertinggal Bertahun-tahun di Belakang China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com