Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Definisi dan Sejarah Diplomasi Dunia

Kompas.com - 30/11/2021, 16:48 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Diplomasi adalah metode untuk mempengaruhi keputusan dan perilaku pemerintah dan masyarakat melalui dialog, negosiasi, dan tindakan sejenis tanpa kekerasan atau perang.

Secara historis, diplomasi artinya pelaksanaan hubungan resmi luar negeri antara negara-negara berdaulat, biasanya bilateral atau multilateral.

Bersumber dari Britannica, diplomasi adalah produk dari sistem negara Eropa pasca-Renaisans.

Sementara, istilah diplomasi berasal dari bahasa Perancis yang memiliki akar dari bahasa Yunani yaitu diploma.

"Diplo" artinya lipatan, dan "ma" artinya sebuah objek yang merujuk pada dokumen atau kertas.

Pada abad ke-18, istilah Perancis "diplomat" datang untuk merujuk pada orang yang berwenang untuk bernegosiasi atas nama negara.

Sejak abad ke-20, diplomasi yang dipraktikkan di Eropa telah diadopsi di seluruh dunia, hingga tercipta KTT, konferensi internasional, dan semacamnya.

Baca juga: Dubes RI Moskwa Jose Tavares Kunjungi Republik Tatarstan untuk Mempererat Diplomasi Ekonomi

Sifat dan tujuan diplomasi

Diplomasi adalah instrumen utama kebijakanluar negeri, tetapi bukan satu-satunya cara yang ditetapkan oleh pemimpin politik untuk mencapai tujuan luar negerinya.

Sifat diplomasi berlawanan dengan tindakan keras militer yang bisa juga dikerahkan untuk mencapai tujuan luar negeri suatu pemerintahan.

Diplomasi adalah kekuatan nasional yang bersifat komprehensif dengan menyesuaikan perbedaan antarnegara atau antarpihak yang terlibat untuk mencapai mufakat damai.

Alat utama dari diplomasi adalah dialog dan negosiasi, terutama dilakukan oleh orang yang memiliki akreditasi sebagai diplomat (utusan) dan para pemimpin politik lainnya.

Diplomat adalah praktisi utama atau spesialis dalam diplomasi, yang membawa pesan dan menegosiasikan penyesuaian dalam hubungan dan menyelesaikan pertikaian antara dua pihak atau lebih yang terkait.

Umumnya, proses diplomasi ini sifatnya rahasia, tidak diumumkan semua secara terbuka kepada publik. Biasanya hanya ketika telah mencapai kesepakatan, hasil diplomasi diumumkan kepada publik.

Tujuan dari politik luar negeri adalah untuk memajukan kepentingan suatu negara bisa dari segi geografis, sejarah, ekonomi, dan kekuatan pertahanan.

Menjaga kemerdekaan, keamanan, dan integritas nasional (teritorial, politik, ekonomi, dan moral), dipandang sebagai kewajiban utama suatu negara.
Diikuti dengan tujuan untuk menjaga kebebasan bertindak yang luas bagi negara.

Para pemimpin politik secara tradisional dari negara-negara berdaulat, merancang kebijakan luar negeri dengan mengejar kepentingan nasional, serta menyesuaikan kebijakan nasionalnya dengan perubahan kondisi dan teknologi eksternal.

Kemudian, diplomasi digunakan untuk memperkuat negara, bangsa, atau organisasi dalam hubungannya dengan pihak luar demi memajukan kepentingan internal instansinya.

Kegiatan diplomatik selalu berusaha untuk memaksimalkan keuntungan kelompok tanpa risiko dan biaya atas kekerasan serta menghindari timbulnya kebencian.

Namun tidak menutup kemungkinan, diplomasi dapat memicu ancaman ekonomi, tindakan hukum, maupun aksi protes, untuk memaksakan solusi sepihak atas perselisihan dengan penerapan kekuatan militer.

Ketika diplomasi gagal, perang mungkin terjadi, tetapi diplomasi berguna bahkan selama perang.

Dalam jangka panjang, diplomasi berusaha untuk membangun tatanan internasional yang kondusif, menyelesaikan sengketa tanpa kekerasan, dan memperluas kerja sama antarnegara.

Baca juga: Setelah 8 Delegasi Diusir, Rusia Balas NATO dengan Hentikan Misi Diplomasi

Sejarah diplomasi

Pandangan di Eropa abad pertengahan akhir bahwa diplomat adalah malaikat, atau utusan dari surga ke bumi, mungkin hanya khayalan, tetapi beberapa elemen diplomasi mendahului catatan sejarah.

Para diplomat atau utusan diakui suci, dan tidak dapat diganggu gugat. Mereka biasanya membawa beberapa lambang, seperti tongkat pesan, dan diterima dengan upacara yang rumit.

Wanita sering digunakan sebagai utusan karena kesucian mereka yang dianggap misterius, dan penggunaan "tipu muslihat seksual" mereka.

Diyakini dalam budaya kuno bahwa perempuan secara teratur dipercayakan mengemban tugas yang sangat penting untuk merundingkan perdamaian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com