Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maraknya SMS Penipuan di Australia Rugikan Warga Rp 870 Miliar, Pemerintah Bertindak

Kompas.com - 30/11/2021, 06:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Perusahaan telekomunikasi di Australia akan menghentikan pengiriman SMS penipuan sebelum pesan-pesan tersebut dikirimkan, menyusul perubahan peraturan oleh pemerintah

Dalam beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan pengiriman SMS penipuan, hal yang digambarkan sebagai "gelombang tsunami" di Australia.

Badan perlindungan konsumen Australia (ACCC) mendapatkan puluhan ribu pengaduan dari warga yang mengatakan mereka jadi korban penipuan.

Baca juga: Cerita Sophia Jadi Korban Penipuan Asmara, Tertipu Rp 5,8 Miliar dari Kencan Online

Untuk tahun ini saja diperkirakan warga Australia sudah menderita kerugian sekitar Rp 870 miliar.

Sebelumnya, Pemerintah Australia sudah berhasil menghentikan sekitar 200 juta kali panggilan telepon yang seolah-olah berasal dari institusi pemerintah.

Sekarang Pemerintah Australia juga mengubah peraturan untuk menghentikan pengiriman SMS penipuan.

"Sebagai langkah lanjutan untuk mengatasi masalah pengiriman SMS penipuan, apa yang akan kami lakukan adalah memastikan perusahaan telekomunikasi memiliki kontrol menggunakan teknologi mereka untuk mengidentifikasi dan memblokir semua SMS sebelum konsumen menyadarinya," kata Menteri Telekomunikasi Australia Paul Fletcher.

"Yang kita hadapi adalah organisasi kriminal yang kebanyakan berbasis di luar negeri, yang mengirimkan SMS dan panggilan telepon."

"Mereka menggunakan teknologi. Kita juga harus menggunakan teknologi untuk memerangi apa yang mereka lakukan."

Andy Penn, Direktur Eksekutif Telstra, yakni perusahaan telekomunikasi terbesar di Australia, mengatakan teknologi yang digunakan termasuk algoritma dan kecerdasan buatan (AI).

"Kami sudah memblokir ratusan ribu SMS," katanya

"Inisiatif terbaru ini memungkinkan kami untuk mendapatkan data lebih banyak, dan akses yang lebih baik ke data yang bisa kami gunakan dengan mesin algoritma dan kecerdasan buatan kami untuk bisa mengidentifikasi lebih baik SMS penipuan tersebut."

"Itulah yang kami lakukan."

Baca juga: 10 Aksi Penipuan di Seluruh Dunia Terkait Covid-19, dari Kartu Kesehatan Palsu hingga Vaksin Isi Krim Anti-kerut

Banyak dari SMS penipuan yang diterima oleh konsumen di Australia berisi pesan yang mengatakan ada rekaman pesan suara yang belum dibuka, disertai tautan ke pesan suara tersebut.

Andy mengatakan jumlah SMS yang dikirim ke seluruh Australia sangat banyak sehingga cara penanganannya hanya bisa dilakukan lewat teknologi.

"Anda bisa bayangkan ada miliaran, atau bahkan triliunan transaksi dan SMS, atau panggilan telepon menggunakan jaringan telekomunikasi setiap tahunnya.

"Apa yang kami harus lakukan adalah menemukan SMS yang hendak menipu dan menghentikannya sebelum dikirim," katanya.

"Ini tidak bisa dilakukan secara manual. Kami harus menggunakan teknologi komputer. Kami harus menggunakan kecerdasan buatan."

Partai oposisi di tingkat Federal di Canberra, Partai Buruh, baru-baru ini menyerukan kepada perusahaan telekomunikasi, bank dan industri ritel untuk mengubah cara mereka berkomunikasi dengan konsumen, sehingga kiriman SMS dan atau panggilan telepon mereka bisa dibedakan dengan yang bermaksud menipu.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

Baca juga: Aksi Penipuan Pegawai Petronas, Mengaku 14 Kerabat Meninggal karena Covid-19 demi Dapat Sumbangan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Kelompok-Kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-Kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Zelensky Berterima Kasih ke Senat AS Usai Setujui Bantuan Rp 985 Triliun untuk Ukraina

Zelensky Berterima Kasih ke Senat AS Usai Setujui Bantuan Rp 985 Triliun untuk Ukraina

Global
Senat AS Setujui Bantuan Militer Rp 209,9 Triliun ke Israel

Senat AS Setujui Bantuan Militer Rp 209,9 Triliun ke Israel

Global
Argentina Surplus APBN untuk Kali Pertama dalam 16 Tahun

Argentina Surplus APBN untuk Kali Pertama dalam 16 Tahun

Global
Senat AS Setujui Paket Bantuan untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan

Senat AS Setujui Paket Bantuan untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-790 Serangan Rusia ke Ukraina: China Bantah Dukung Perang | Ukraina Panggil Warganya di Luar Negeri 

Rangkuman Hari Ke-790 Serangan Rusia ke Ukraina: China Bantah Dukung Perang | Ukraina Panggil Warganya di Luar Negeri 

Global
Israel Dituding Bertanggung Jawab atas Kuburan Massal 340 Jenazah di RS Gaza

Israel Dituding Bertanggung Jawab atas Kuburan Massal 340 Jenazah di RS Gaza

Global
Begini Cara Perang Rugikan Perkembangan Anak-anak

Begini Cara Perang Rugikan Perkembangan Anak-anak

Global
Israel Tingkatkan Serangan di Gaza dan Perintahkan Evakuasi Baru di Wilayah Utara

Israel Tingkatkan Serangan di Gaza dan Perintahkan Evakuasi Baru di Wilayah Utara

Global
Saat Protes Menentang Perang di Gaza Meluas di Kampus-kampus Elite AS...

Saat Protes Menentang Perang di Gaza Meluas di Kampus-kampus Elite AS...

Global
[POPULER GLOBAL] Tabrakan Helikopter AL Malaysia | Ketegangan Iran Vs Israel Memuncak

[POPULER GLOBAL] Tabrakan Helikopter AL Malaysia | Ketegangan Iran Vs Israel Memuncak

Global
Ulang Tahun, Foto Pangeran Louis Diunggah ke Medsos Usai Heboh Editan Kate

Ulang Tahun, Foto Pangeran Louis Diunggah ke Medsos Usai Heboh Editan Kate

Global
Saat 313 Mayat Ditemukan di Kuburan Massal 2 RS Gaza...

Saat 313 Mayat Ditemukan di Kuburan Massal 2 RS Gaza...

Global
Rusia Batalkan Pawai Perang Dunia II untuk Tahun Kedua Beruntun

Rusia Batalkan Pawai Perang Dunia II untuk Tahun Kedua Beruntun

Global
Hampir Separuh Kota Besar di China Tenggelam karena Penurunan Tanah

Hampir Separuh Kota Besar di China Tenggelam karena Penurunan Tanah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com